Siang itu, 28 Agustus 2006, sekitar jam 12 siang saya ditelpon mbak Yus. Dengan sedih berkata: "Dek, Ibu kecelakaan. Sekarang di RSUD Pati, kondisi nggak apa-apa. Kamu tak kasih tau, tapi nggak usah pulang, kuliah dulu aja". Waktu itu saya hanya mengiyakan, dan saya tetap berangkat kuliah. Besok paginya, sekitar jam 6 pagi, bapak menelpon: "Ibu sedang kritis, kemungkinan hidupnya tinggal 5 %, pulanglah". Hatiku kaget, begitu tahu bahwa keadaan ibu sangat parah. Kutinggalkan kuliahku, dan aku pulang.
Jam 10 siang, aku sampai di RS Mardi Rahayu, Kudus. Dokter memberitahu bahwa tidak ada reaksi di otaknya. Kalaupun bisa selamat, kemungkinan akan lumpuh. Saat itu juga, aku berjanji untuk cuti 1 semester, demi menjaga Ibu waktu sembuh nanti. Segera kutelpon UKSW, wali studi, dan pendeta untuk ijin 1 semester. Tanggal 30 Agustus 2006, jam 12.30 keadaan menjadi tidak baik, fisik Ibu tidak kuat, dan ia mengakhiri perjuangannya. Habis sudah tenagaku melihat masa akhirnya, di depan mataku sendiri. Aku tak dapat berkata apa-apa, selain tangis yang keluar. "Ibu sudah tiada", hanya itu yang bisa aku ucapkan.
Bulan terus berlalu, sejak kepergian Ibu. Semangat kuliahku mulai turun, nilai jadi drop, kelas asisten lebih sering kutinggalkan kosong. Sampai pada saat aku duduk di ruang asisten, bu Helti berkata: "the life must go on Bayu". Aku pulang dan merenungkannya. Masa-masa buruk itu mulai aku perbaiki. Aku mulai rajin kuliah, belajar, dan mengajar. Akhir tahun 2006, aku seolah teringat kembali, masa-masa bersama Ibu, hingga perkataanya tentang studiku. "Ibu pengen kamu S2", hanya itu saja yang membekas terus, sampai sekarang.
Tahun berganti, aku ingin mewujudkan pesan terakhir Ibu. Sampai pada Juli 2008, aku lulus kuliah S1 dan wisuda pada bulan Oktober. Sedih hatiku, tak bisa melihatmu terseyum bu, di saat aku wisuda. Aku tak kuasa, karena teringat semua perjuanganmu selama aku kecil sampai kuliah. Ibu rela menunda membeli sesuatu demi aku dan kakakku. Waktu aku pulang ke Pati, Ibu begitu senang anaknya pulang, bahkan sering bercerita dan meminta menemani pergi belanja atau ke rumah teman.
2 tahun sejak kelulusan S1-ku, sekarang aku mewujudkan impianmu bu. Impian untuk melihatku kuliah S2. Bu, aku sudah selesai. Sidang hari ini sudah kuhadapi. Bahkan waktu 2,5 jam di ruang sidang, aku sempat tak bisa menjawab apa-apa, aku hanya ingat satu, aku pasti bisa & Ibu pasti bangga melihatku. Sekarang aku sudah selesai bu, hanya tinggal revisi. Permintaanmu sudah kupenuhi bu.
Hasil akhir dari perjuangan ini, aku persembahkan untukmu ibu. 4 tahun sejak kepergianmu, aku akhirnya menyelesaikan permintaan terakhirmu Ibu. Semua aku persembahkan untukmu Ibu, meski untuk kedua kali aku tak bisa melihatmu tersenyum saat aku wisuda nanti. Ini semua sebagai baktiku kepadamu Ibu. Engkau selalu ada di hatiku bu.. Kasihku dan perjuanganku, tak sebanding dengan yang kau berikan padaku. Biarlah ini menjadi hadiah terindah untukmu Ibu..
I love you mom......
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H