Mohon tunggu...
MEDIA CENTER
MEDIA CENTER Mohon Tunggu... Administrasi - INNOVASI

INNOVASI

Selanjutnya

Tutup

Nature

Deforestasi Hutan Kalimantan? Banjir? Leptospirosis? Yuk Cari Tahu Lebih Lanjut

22 Mei 2023   15:16 Diperbarui: 22 Mei 2023   15:21 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pulau Kalimantan adalah salah satu pulau yang ada di Indonesia dan merupakan salah satu paru - paru dunia karena luas hutannya. Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber hasil hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata, dan sebagainya.

Berbicara mengenai hutan, Kalimantan memiliki hutan yang begitu luas dan juga laju deforestasi yang begitu cepat. Tingginya laju deforestasi hutan sebagian besar dipicu oleh penebangan, kebakaran hutan dan pembukaan lahan. Hal ini membuat Guiness Book of The Record menganugrahi Indonesia sebagai negara yang laju kerusakan hutannya tercepat di dunia. Sebuah prestasi yang tidak patut untuk dibanggakan.

Salah satu faktor pemicu deforestasi di Kalimantan adalah karena kebakaran hutan. Kebakaran hutan memiliki banyak dampak negatif diantaranya, yaitu polusi air dan banjir. Kemudian ada abu, sedimen, dan juga polutan sebagai hasil dari kebakaran hutan yang dapat masuk dan mengendap di sungai, waduk, dan sumber air lainnya. 

Vegetasi di sekitar sumber air yang hilang akibat kebakaran hutan juga dapat menyebabkan erosi, banjir, dan masuknya polutan ke sumber air. Kedua hal tersebut menyebabkan polusi air, di mana sumber air menjadi tercemar setelah terjadinya kebakaran hutan.

Adapun polusi air dan banjir dapat menyebabkan dampak lanjutan bagi kesehatan lingkungan masyarakat. Khususnya masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir diharapkan mulai waspada. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat siap dan terhindar dari berbagai kemungkinan terburuk dari datangnya banjir, salah satunya kehilangan barang berharga hingga terserang penyakit penyerta banjir. 

Salah satu penyakit penyerta banjir yang jarang diketahui oleh masyarakat adalah penyakit Leptospirosis. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira dan ditularkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi. Leptospirosis dapat menyebar melalui air atau tanah yang telah terkontaminasi dan bakteri Leptospira akan masuk melalui kulit yang lecet atau selaput lendir pada saat kontak dengan banjir atau genangan air sungai hingga selokan dan lumpur.

Gejala penyakit leptospirosis yang dapat dirasakan oleh pasien yang terjangkit, diantaranya demam mendadak, lemah, mata merah, kekuningan pada kulit, sakit kepala, dan nyeri otot betis. Setelah mengetahui berbagai gejala yang ditimbulkan apabila pasien terpapar bakteri Leptospirosis, mengetahui tindakan pencegahan juga merupakan hal yang penting untuk diketahui, diantaranya menggunakan sarung tangan dan sepatu boots saat membersihkan rumah/selokan dan mencuci tangan dengan sabun setelah selesai beraktivitas.

Dengan mengetahui berbagai hal di atas, diharapkan masyarakat dapat bersiap dan berhati-hati terhadap penyakit penyerta banjir, seperti Leptospirosis dan jika menemukan adanya gejala dari penyakit tersebut, segera lakukan pemeriksaan ke fasilitas kesehatan terdekat, agar bisa segera mendapatkan penanganan sedini mungkin dari para petugas kesehatan.
Stop Deforestasi Hutan! Stop Banjir! Stop Leptospirosis!

Tzuriel Raphaela Vivienne Parashorea Manik ( S1 Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Airlangga )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun