Periode kelam dunia cryptocurrency sepertinya belum akan berakhir dalam waktu dekat. Setelah harga pasar kripto merosot drastis sepanjang tahun ini, kini salah satu platform perdagangan kripto terbesar di dunia yaitu FTX, mengalami kebangkrutan. Sang Co-founder sekaligus CEO yang dijuluki Crypto King, Sam Bankman-Fried, secara mengejutkan mengumumkan bahwa ia "f****d up" dan FTX yang dikelolanya akan kolaps karena kehabisan uang.
Bagi yang belum familiar, FTX adalah bursa perdagangan kripto dengan volume transaksi terbesar ketiga di dunia, dibawah Binance dan Coinbase. Kabar buruk dari Sam Bankman-Fried atau akrab disebut SBF itu jelas membuat geger investor di seluruh dunia. Miliaran dollar uang pengguna FTX terancam menguap tak berbekas, banyak orang kalang kabut apalagi di masa ekonomi sulit seperti sekarang.
Ambruknya FTX menambah panjang daftar kebangkrutan pemain besar kripto dunia, sebelumnya ada Celsius, Three Arrows Capital, dan Luna yang juga kolaps. Lebih buruknya lagi, kejatuhan FTX ini dikabarkan belum akan menjadi yang terakhir, beberapa platform perdagangan kripto lain juga mengalami dampak sistemik atas ambruknya FTX.
Istilah "crypto winter" memang sangat relevan dengan kondisi pasar kripto saat ini. Bahkan bisa dibilang, masa crypto winter ini bisa jadi akan sangat mematikan. Harga dua cryptocurrency terbesar, Bitcoin dan Ethereum bahkan telah longsor lebih dari 60% sejak awal tahun 2022.
Lantas, apa yang sebenarnya terjadi di dunia digital yang fenomenal ini?
Siapa di Balik FTX?
Sebagai salah satu platform perdagangan kripto terbesar di dunia, banyak yang tidak tahu bahwa FTX baru didirikan sejak 2019 di negara Bahama. Dua pemuda yang membidani lahirnya FTX adalah Sam Bankman-Fried dan Gary Wang, meskipun belakangan nama Sam Bankman-Fried atau SBF yang lebih banyak dikenal sebagai CEO FTX.
Melihat latar belakang SBF, dia bukan orang antah berantah. Ia lahir dari keluarga yang sangat kental dengan dunia akademis, kedua orang tuanya adalah profesor di Universitas Stanford. Pada tahun 2014, SBF lulus dari Massachussetts Institute of Technology (MIT) dan memegang gelar Bachelor of Science.
Mengawali karir di beberapa perusahaan investasi, di tahun 2017 ia lantas mendirikan Alameda Research, perusahaan trading yang nantinya akan menjadi titik malapetaka bagi dirinya. FTX sendiri baru didirikan dua tahun kemudian yaitu pada tahun 2019, memanfaatkan momentum pasar kripto global yang mulai bergairah saat itu.