Terbayang kan bagaimana CEO dan seluruh staf perusahaan start up ini berjibaku untuk survive saat ini ?
Pandemi ini ternyata membawa tantangan yang sangat kompleks ya bagi perusahaan start up, bahkan mungkin lebih menyulitkan dibanding persaingan Nam Do San dan Han Ji Pyeong memperebutkan mbak Seo Dal Mi, hehe.
Manuver Start Up
Go Jek misalnya, kini memanfaatkan kesempatan untuk memperkuat digital payment mereka, Go Pay dengan cepat menempelkan layanan mereka di berbagai platform. Tidak hanya yang terkait dengan layanan online seperti food delivery, game, dan billing, namun juga ekspansif ke layanan offline seperti minimarket, parkir kendaraan, hingga berbagai kios.
Start Up lain yang juga cepat melihat peluang adalah e-commerce, seperti Tokopedia. Meskipun rencana dual listing Tokopedia di BEI dan NYSE mungkin akan tertunda, tapi Tokopedia mampu melakukan manuver survival di masa pandemi ini dengan cukup baik dengan memperluas layanan e-commerce nya dengan digital financial services.
Jika dilihat-lihat lagi, start up yang paling pusing sepertinya di sektor online travel, seperti Traveloka, Tiket, dan Pegipegi. Berbagai jurus pasti sudah coba diterapkan, dan setidaknya mampu membuat mereka bertahan. Layanan seperti digital ticketing, online experience, hingga promo staycation menjadi penyambung nafas bagi sektor online travel.
Menatap Masa Depan
Nah, ternyata drama tidak hanya terjadi di layar Netflix kan, hehe, perusahaan start up di dunia nyata memang sedang mengalami masa-masa yang sangat challenging saat ini.
Laporan Google, Temasek, Bain & Company memprediksi bahwa tahun 2021, aksi merger dan akuisisi di dunia start up akan meningkat sebagai salah satu upaya bertahan hidup dan terus berkembang.
Dalam peta ekonomi digital, Indonesia memegang peran yang sangat penting, karena negara kita memiliki nilai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara dengan nilai mencapai US$ 44 milyar dan diprediksi akan mampu menembus US$ 124 milyar dalam 5 tahun mendatang.