Mohon tunggu...
Septian Ananggadipa
Septian Ananggadipa Mohon Tunggu... Auditor - So let man observed from what he created

Pejalan kaki (septianangga7@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jokowi Pilih "No Lockdown", Sudah Tepatkah?

22 Maret 2020   12:41 Diperbarui: 22 Maret 2020   14:54 427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: wallpaperflare.com

Kenapa Jakarta tidak di-lockdown?

Apa sebenarnya rencana pemerintah menangani virus Corona?

Pertanyaan-pertanyaan semacam itu banyak berseliweran di lini masa akhir-akhir ini. 

Tentu wajar masyarakat bertanya-tanya, di era informasi yang super cepat sebagian besar warga selalu mengikuti perkembangan berita penanganan virus Corona di manca negara.

World Health Organization (WHO) telah menetapkan virus Corona atau Covid-19 sebagai Pandemik, ini merupakan situasi darurat global yang harus direspon serius tidak hanya oleh satu dua negara, tapi seluruh dunia.

Menghadapi ancaman nyata virus ini, Indonesia tampak kurang siap. 

Saat Corona belum terdeteksi di Indonesia, respon pemerintah cenderung salah arah. Bukan mempersiapkan rumah sakit dan tes dini, kebijakan yang diterbitkan justru diskon tiket wisata, sedangkan penjelasan yang disampaikan justru “santai saja”, "coba buktikan", dan “mungkin kita kebal”.

Saat Covid-19 mulai terdeteksi di Indonesia pada awal Maret 2020, pemerintah juga tampak kikuk. Presiden dan Menteri Kesehatan mengumumkan mengenai 2 pasien beserta kronologisnya, eh sang Walikota juga eksis di pemberitaan dengan menjelaskan identitas hingga lokasi tempat tinggal, dapat informasi dari medsos katanya, duh.

Sejak saat itu, informasi penyebaran Covid-19 ditutup rapat-rapat, masyarakat hanya diberitahu jumlah pasien terdeteksi setiap harinya. Seperti meraba-raba bahaya.

Melihat kinerja pemerintah menangani virus tersebut, wajar jika akhirnya banyak warga mencari informasi yang lebih jelas dari internet. Beberapa negara terang-terang menerapkan opsi lockdown, membatasi bahkan menghentikan pergerakan warga untuk membendung penyebaran virus.

Indonesia akhirnya membuat langkah, tidak lockdown, namun rapid test dan social distancing langkah yang dipilih pemerintah.

Alasan Pemerintah

Presiden RI mengungkapkan bahwa opsi social distancing lebih rasional dibandingkan lockdown. Jika dilakukan lockdown dampak nyata adalah roda ekonomi yang terhenti. Presiden tampak sangat menghindari itu.

Rasional jika Jokowi sangat khawatir dampak lockdown pada ekonomi, karena episentrum penyebaran Covid-19 di Indonesia ada di Jakarta, dengan begitu jika lockdown dilakukan maka Jakarta adalah kota pertama yang akan terdampak.

Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memaparkan bahwa 70% perputaran uang dalam perekonomian nasional berada di Jakarta. Pusat bisnis, perbankan, dan bursa efek, semua ada di ibukota. Sangat berisiko jika lockdown diterapkan di Jakarta, ancaman terburuknya adalah memicu krisis ekonomi.

Disamping itu, Jabodetabek memegang peran utama dalam arus distribusi barang, jika rantai distribusi terganggu maka seluruh Indonesia akan terdampak dan berujung pada kelangkaan barang hingga melambungnya inflasi nasional.

Konsekuensi lockdown tentu juga sangat tidak mudah. Tidak semua warga memiliki kemampuan finansial untuk mempersiapkan kebutuhan pokok selama lockdown, belum lagi jika ada panic buying, rantai logistik sepertinya lebih banyak dikendalikan swasta dibanding pemerintah.

Bagaimana dengan Kesehatan?

Dengan tidak menetapkan lockdown berarti pemerintah memilih untuk mengambil risiko kesehatan. Social distancing memang membatasi pergerakan warga, namun semua itu kembali ke kesadaran dan kebutuhan individu masing-masing.

Masih kita lihat berita warga yang justru beramai-ramai piknik ke pantai, dan bahkan ada juga pasien suspect yang justru ikut rewang atau membantu hajatan tetangganya, duh.

Lockdown maupun social distancing sebenarnya bertujuan sama, mengurangi tingkat penyebaran virus agar healthcare system, dalam hal ini kapasitas rumah sakit, dokter, perawat, dan alat kesehatan dapat mencukupi untuk menangani pasien.

Jika social distancing nantinya dinilai kurang efektif, pemerintah harus responsif, mau tidak mau lockdown mungkin harus dilakukan jika tidak ingin korban semakin banyak.

Hal yang terpenting saat ini, semoga pemerintah juga mengambil langkah dalam mempersiapkan kapasitas healthcare system dan logistik.

Kini tidak hanya nyawa pasien yang menghadapi bahaya, namun juga para dokter, perawat, polisi/TNI, hingga petugas fasilitas umum yang masih bertugas di tengah pandemi ini.

Namun sehebat apapun sistem dan logistik yang disiapkan, kontrol atas kepanikan dan kepedulian manusia pada akhirnya menjadi kunci, bagaimana kita bisa menang menghadapi virus yang terus mengintai ini.

Lalu Apa Langkah Pemerintah?

Meskipun pemerintah terlihat galau dalam melangkah, tapi kita harus menjalani langkah-langkah pemerintah, dengan tetap memberikan masukan atau kritik. Alhasil, Jokowi dan jajaran menterinya mulai mengambil berbagai keputusan strategis, tidak lagi meremehkan ancaman nyata virus Corona.

Sebenarnya pemerintah tidak perlu minder karena tidak hanya Indonesia yang gundah gulana menangani Covid-19, bahkan negara sekelas Amerika Serikat dan Italia pun dibuat salah tingkah.

Lalu apakah pilihan social distancing sudah tepat? kita belum tahu. Apakah lockdown lebih baik? belum tentu juga. 

Kondisi krisis memang tidak pernah menawarkan pilihan yang mudah.

Jokowi pun sepertinya juga mempersiapkan kemungkinan jika harus diterapkan lockdown, pengecekan stok pangan dilakukan, kontrol logistik dijaga, bahkan Menteri Keuangan mengungkapkan anggaran disiapkan jika harus dilakukan lockdown.

Dalam kondisi ini, kekompakan pemerintah dan masyarakat menjadi hal yang harus dicapai. Memang tidak ada pilihan yang ideal dalam menghadapi suatu krisis, setiap keputusan memiliki konsekuensi yang harus dihadapi.

The secret of crisis management is not good vs bad, it's preventing the bad from getting worse

-Andy Gilman



Septian Ananggadipa

22032020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun