Oleh : Kelompok KKN-T IPB, Desa Dano, Kecamatan Leles, Kabupaten Garut
"Ketika sekolah-sekolah mengajarkan ilmu-ilmu pergi, para pandu tanah air membuat sekolah lapang yang mengajarkan ilmu-ilmu bersarang" - Noer Fauzi Rachman
Di banyak desa di seluruh negeri, pemuda desa sering mengenyam pendidikan tinggi hanya untuk kemudian mencari pekerjaan di kota-kota besar, meninggalkan desa tempat mereka dilahirkan dan dibesarkan. Namun, di beberapa desa, ada sekelompok pemuda yang memilih untuk kembali ke desa mereka setelah menyelesaikan pendidikan mereka, membawa ilmu dan keterampilan baru, serta semangat untuk mengubah desa mereka menjadi tempat yang lebih baik.
Salah satu contoh inspiratif adalah Desa Dano yang dikenal dengan pertanian kopi. Di desa ini, pemuda-pemuda cerdas menggabungkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh dari pendidikan tinggi dengan kecintaan mereka terhadap tanah kelahiran mereka. Mereka memutuskan untuk memanfaatkan potensi desa mereka dalam bertani kopi dan mengajarkan ilmu tersebut kepada masyarakat lokal.
Bertani kopi bukan hanya sekadar mata pencaharian, tetapi juga menjadi sebuah cahaya harapan bagi masyarakat lokal. Anak-anak petani melihat pertanian kopi sebagai peluang untuk masa depan yang lebih cerah. Mereka menyaksikan bagaimana pemuda desa berhasil menciptakan bisnis yang menjanjikan melalui kopi, dan hal itu memberi mereka keyakinan bahwa mereka juga bisa melakukannya.
Sebagai bagian dari upaya konservasi, pemuda desa ini mengambil inisiatif untuk membentuk sekolah lapang. Di sekolah lapang ini, mereka mengajarkan praktik-praktik reforestasi hutan lindung dan regenerasi untuk membentuk sistem agroforestri yang berkelanjutan. Pemuda desa memahami bahwa konservasi lahan berlereng dan lingkungan adalah kunci keberlanjutan pertanian kopi mereka.
Selain itu, di sekolah lapang ini, pemuda desa juga mengajarkan praktik pengelolaan kopi dari hulu ke hilir. Mereka memberikan pelatihan tentang pembenihan bibit kopi, teknik budidaya yang baik, hingga proses pengolahan kopi yang berkualitas. Melalui pendekatan ini, pemuda desa tidak hanya menghasilkan produk kopi yang lebih baik, tetapi juga mendorong pertumbuhan bisnis kopi yang berkelanjutan di desa mereka.
Diharapkan pemuda desa ini tidak hanya berhasil memanfaatkan potensi desa dalam bertani kopi, tetapi juga menjadi aktivis penggerak lingkungan bagi wilayah hutan di sekitar mereka. Mereka menyadari pentingnya menjaga kelestarian alam dan berkontribusi pada perlindungan hutan dan lingkungan. Dengan semangat dan komitmen mereka, pemuda desa ini menjadi agen perubahan yang memperjuangkan masa depan yang lebih baik bagi desa mereka dan generasi mendatang.
Kisah-kisah inspiratif ini membuktikan bahwa pemuda desa memiliki peran penting dalam mengembangkan potensi lokal, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong perubahan positif di masyarakat. Mereka menjadi teladan bagi generasi muda lainnya, menunjukkan bahwa kesuksesan bisa diraih tanpa harus meninggalkan desa tempat mereka tumbuh dan berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H