Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Tempat Tumbuh Ilmu #28Novaversary #BahagiadiRumah

8 April 2016   12:08 Diperbarui: 8 April 2016   21:49 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="http://www.kompasiana.com/search?q=novaversary"][/caption]Rumah tangga diibaratkan sebuah bahtera yang mengarungi samudra luas dan tak terbatas. Siapa yang ada didalamnya adalah anggota keluarga yang menjadi satu tim untuk bersama se-Visi, se-Misi, se-tujuan untuk mencapai kebahagiaan sejati. Awal pernikahan merupakan masa perkenalan dan pasti semua terasa indah dan menyenangkan bersama dengan pasangan yang harapannya bisa menyempurnakan kehidupan. Membangun mimpi dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Saling melengkapi dengan semua kekurangan dan kelebihan pasangan. Tidak muluk-muluk, normalnya dalam berumah tangga ingin menciptakan suasana tentram dan nyaman. Meskipun banyak keterbatasan dalam mengusahakannya. Terlepas dari itu setiap manusia memiliki kebutuhan yang banyak, kebutuhan yang sifatnya pokok maupun kebutuhan yang tidak pokok. Seperti yang kita tahu kebutuhan hidup manusia adalah kebutuhan primer, sekunder, dan tersier.

Kebutuhan primer atau kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang paling dasar,seperti kebutuhan akan makanan/pangan, kebutuhan akan pakaian /sandang, kebutuhan akan rumah/papan. Makanan merupakan kebutuhan yang utama sebagai sumber kehidupan, kebutuhan manusia akan bahan makanan itu idealnya adalah empat sehat lima sempurna, yang terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, sayur, buah dan susu. kebutuhan sandang adalah kebutuhan akan pakaian layak untuk melindungi tubuh. Sedangkan kebutuhan primer berikutnya adalah papan atau tempat tinggal berupa rumah yang bisa melindungi kita dari cuaca hujan dan panas.

Kebanyakan pasangan di awal pernikahan melewati fase perjuangan yang heroik. Biasanya setiap pasangan memiliki semangat besar untuk bisa mandiri. Seperti semangat ketika bermimpi untuk memiliki rumah. Sudah bukan menjadi rahasia kalau rumah itu adalah kebutuhan besar yang memerlukan uang yang tidak sedikit. Perlu perjuangan yang cukup panjang untuk bisa mewujudkannya dengan hasil jerih payah sendiri. Rumah adalah satu tempat dimana kita berkumpul, bersama, menjalankan aktifitas yang banyak. Makan, tidur, mandi, bersantai bersama anggota keluarga, dan lain sebagainya.

Seperti ceritaku...

Rumah merupakan awal dari pernikahan sebenarnya. Dimana disanalah kami bisa tumbuh menjadi dua orang dewasa yang saling belajar. Banyak sekali ilmu yang bisa diserap didalam rumah kami. Rutinitas dibangun sedemikian rupa dari awal, tentu si Ayah adalah ketua tim di rumah. Ayah berperan penuh untuk menjaga dan bertanggungjawab dengan semua yang terjadi di dalam rumah. Mulai dari masalah yang sepele sampai masalah berat. Masalah teknis atau masalah yang menguras pikiran dan hati. Komando dari si Ayah di rumah kami rasakan menyenangkan karena kebetulan si Ayah adalah orang yang cerdas, humoris dan agamis. Ketiga kriteria ini sangat ideal dimiliki oleh seorang pemimpin rumah tangga. Gaya kepemimpinnya mengaggumkan dan menyenangkan, tegas tetapi tidak arogan. Menyenangkan sekali saat dengan bahasa sarkastiknya menyindir si bunda saat meletakan barang sembarangan, agak menohok memang tapi itu justru seni komunikasi yang indah. Tidak ada umpatan atau kekerasan verbal yang bisa menyakitkan hati. Selain itu si Ayah juga sering mengeluarkan lelucon atau bahkan tingkah konyol yang tidak sedikit membuat kami tertawa geli, lucu sekali...

Si Ayah juga rajin sekali beribadah, kebetulan kami keluarga muslim. Setiap waktu sholat biasanya waktu subuh, makhrib dan isya selalu bergegas untuk ambil wudhu dan tergopoh untuk berangkat ke masjid dekat rumah tinggal kami. Dengan pakaian terbaiknya dan parfum wanginya dan itu menandakan betapa ia cinta Rabbnya. jika si Ayah kebetulan tidak bisa ke masjid kami sholat berjamaah di rumah, ayah bunda dan si kecil. Kebiasaan itu kami coba terapkan dan biasakan untuk mendidik putri kami yang sekarang memasuki usia 4 tahun. Mendidik anak gambang dan susah, tapi hal yang pasti perkembangan belajar seorang anak agar berjalan optimal adalah dengan menciptakan lingkungan keluarga yang baik, dan nyaman. 

Seorang anak hanya butuh teladan dalam belajar, butuh model yang bisa memberikan contoh yang baik. Dalam keseharian si Ayah pada dasarnya lebih rapi dibandingkan si Bunda. Tak jarang saat ayah menata tempat tidur atau membantu menyapu hampir tiap sudut ruang terjamah dan bisa dipastikan steril dari debu. Makanya kadang kalau bunda tidak melakukan hal serupa kadang bahasa sindiran terlontar tanpa maksud memarahi atau menyinggung. Senang lagi saat bunda sibuk berkutat didapur tetiba ayah datang untuk membantu. Apapun sebisanya seperti kupas bawang, potong sayur atau mencuci piring dan gelas. Meski sepele itu berarti sekali..karena penghargaan terhadap pasangan sangat terasa dan berarti. Sikap saling membantu merupakan komponen penting dalam rumah.

Tapi ada juga kekurangan yang kadang buat sebal, saat si Ayah sibuk dengan pekerjaannya semua berasa tidak ada, fokus saja dengan pekerjaannya. Betul kata teori kalo laki-laki itu tidak bisa multitasking. Kalo sudah satu yang dipikirkan tidak bisa memikirkan hal lain. Si Ayah loyal sekali dalam pekerjaannya hampir jika ada telepon darurat untuk operasi langsung saja bergegas dan berangkat meski hari hujan, atau terik, atau tengah malampun dilakukan. Katanya “untuk membantu orang”. Kebetulan si Ayah berprofesi menjadi dokter spesialis Anestesi. Kami bersepakat bahwa apapun sifatnya jika untuk kemanfaatan banyak orang kami akan saling dukung dan support.

Beda ayah beda bunda, si Bunda adalah seorang perempuan yang gemar memasak, paling seneng kalo berlama-lama di dapur. Hampir setiap hari si Bunda menyiapkan makanan untuk keluarga. Berbagai menu yang variatif disajikan, mulai dari menu yang simple sampai menu yang rumit. Bunda banyak belajar resep masakan dari berbagai sumber, tetapi yang paling favorit adalah tabloid NOVA, karena resep-resep masakan di tabloid NOVAsangat menginspirasi. Kadang saking seringnya bereksperimen, banyak menu-menu baru yang bunda temukan. Menu yang orisinil dan murni hasil mengarang indah, improvisasi. Jenis makanan baru itu tak jarang dari hasil olahan bahan makanan yang tersedia di kulkas beberapa hari. Prinsipnya agar bahan makanan tersebut tidak mubazir dan dibuang dibuat sesuatu yang enak dan menggugah selera. Setiap makanan yang disajikan itu ludes dimakan, karena jurinya memberi nilai baik, enak, dan top. Juri masakan bunda ya tidak lain si Ayah dan putri kecil kami. 

Hampir setiap hari kehangatan rumah dirasakan di tempat favorit bunda ini, atau kalau tidak di meja makan yang letaknya tidak jauh dari dapur. Ditempat itulah semua bisa dengan terbuka bercerita tentang kegiatan hari ini, saling curhat, saling mendengarkan, saling support. Begitu juga dengan putri kecil kami yang diusianya sudah lancar sekali menyampaikan cerita serunya tentang apapun, kadang juga cerita khayalannya, tentang tari bali, leak, wayang, gendingan, atau cerita tentang cita-citanya jadi dokter. Meja makan buat kami adalah tempat paling penting di sudut rumah selain kamar tidur untuk istirahat. Manfaatnya sangat besar, dalam satu meja kita bisa belajar tentang keterbukaan, komunikasi, pengorbanan waktu dan penghargaan yang tinggi untuk setiap anggota keluarga. Saat si Ayah, si Bunda, si Kecil meluangkan waktu untuk duduk bersama berbagi cerita. Selain itu dimeja makan, kami sebagai orang tua belajar untuk saling mendengarkan, saat si kecil antusias dengan cerita khayalannya Ayah dan Bunda dengan seksama mendengarkannya, pun kadang ikut larut dalam khayalanya. Seru bukan??

Si Bunda merupakan seorang pekerja, bunda mengajar di salah satu universitas swasta di kota tempat tinggal kami. Meski begitu kegemaran memasak ini tidak pernah sedikitpun ditinggalkan bunda. Oh ya..si bunda itu orangnya agak kaku awalnya, sensitif dan perasa sekali. Tetapi karena ada pasangan yang memahami dan sedikit bertolak belakang dengan sifat dengan si bunda, kekurangan si bunda berangsur berubah menjadi seseorang yang lebih essay going. Sering si Ayah mengajarkan untuk belajar cuek, belajar memaafkan, belajar lebih bisa menerima. Terbukti bahwa pasangan itu adalah dua  orang untuk saling melengkapi. Diibaratkan Rumah adalah ladang untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Rumah adalah tempat tumbuh ilmu untuk semua anggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun