ibu-ibu PKK SIdoarum Koleksi Pribadi
Agenda kegiatan yang digerakan oleh kelompok pengurus PKK RW 15 Blok II Perumahan Sidoarum Godean dalam rangka memperingati hari Kartini salah satunya adalah anjangsana ke Perumahan Gumuk Indah Sidoarum. Tujuannya adalah ingin menggali informasi tentang sistem pengelolaan sampah yang berhasil membawa wilayah Gumuk menyabet juara 1 lomba Green and Clean wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Permasalahan sampah adalah permasalah serius untuk sebuah wilayah. Tidak terkecuali untuk wilayah DIY. Seperti yang sudah tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 10 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah. Pemerintah DIY berusaha untuk mewujudkan wilayah yang bebas sampah melalui optimaslisasi sistem pengelolaannya. Sampah adalah bahan sisa dari sebuah proses yang dianggap sudah tidak terpakai dan tidak memiliki kemanfaatan lagi. sampah biasanya identik dengan lingkungan, yang terbagi menurut jenis-jenisnya. Menurut pengelola Bank Sampah Griya Sapu Lidi Perum Gumuk Indah RW 26 Sidoarum Godean Sleman produksi sampah paling besar dihasilkan oleh Rumah tangga khususnya dari Dapur. Hampir sebagian besar sampah diproduksi dari aktivitas dapur yang biasa dilakukan oleh seorang ibu. Semisal saat ibu memasak makanan dari mulai persiapan hingga akhir kegiata, bentuk sampah yang dihasilkan bisa berupa kresek bungkus belanjaan, plastik bungkus lauk pauk, potongan sayur yang tidak ikut diolah, kulit bumbu yang tidak berguna, dan juga sisa makanan yang kadang bau karena tidak termakan.
Sebagai seorang ibu kita kadang jarang berfikir jauh tentang bagaimana akhir dari sampah itu kemudian. Tahukan ibu..
Sampah itu menumpuk di pembuangan sampah akhir. Bisa dibayangkan jika satu keluarga dalam satu hari memproduksi sampah 1 kg dikalikan jumlah warga satu RT yang berjumlah 10 KK sudah menjadi 10 kg. Belum jika dikalikan dengan satu RW semisal ada 90 produksi sampah akan berlipat menjadi 90 kg. Itu baru lingkup RW belum desa, kecamatan, kabupaten, dan wilayah yang lebih luas lagi. Konon di wilayah Jogja saja perhari menghasilkan sampah berton-ton banyaknya. Dulu TPA sampah masih berupa lembah kini sudah menjadi perbukitan seperti layaknya gunung menjulang. Melihat hal itu beberapa pihak yang peduli lingkungan termasuk pemerintah juga ikut berfikir keras tentang kondisi ini. Berbagai usaha digalakan untuk mengatasi masalah sampah yang bisa jadi 10 tahun kedepan menjadi bencana. Bentuk usaha itu seperti menggalakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah dengan berbagai teknologi baru yang menawarkan kemudahan dan solusi. contoh teknologi ekobrik, teknologi pembuatan pupuk kompos, dan lain-lain.
Pengelolaan sampah sebenarnya adalah satu cara untuk mengolah sampah untuk bisa diminimalisir jumlahnya dan dapat meningkatkan kegunaan sisa sampah itu untuk hal yang lebih berguna. akhir-akhir ini kita sering mendengar beberapa tawaran sistem pengelolaan seperti Sedekah Sampah, Asuransi Sampah dan Bank Sampah. Ketiga cara ini menawarkan teknis pengelolaan sampah yang berbeda tetapi intinya sama yaitu melalui cara pemilahan. Menurut penggerak Bank Sampah di Gumuk ruh pengelolaan sampah adalah pada pemilahan sampah. Sampah dipilah berdasarkan jenisnya mana sampah plastik, sampah kertas, atau sampah organik.
Pemilahan sampah ini membutuhkan peran banyak pihak agar terwujud lingkungan yang asri dan bebas sampah. Peran terbesar ada ditangan Ibu, apa sebab? Karena ibulah yang setiap hari berkutat dengan dapur dan rumah. Pemilahan sampah ini bisa dimulai dengan memisahkan/memilah sampah berdasarkan jenisnya. Teknis sederhananya, ibu bisa menyiapkan tiga kantong sampah untuk sampah plastik, sampah kertas, dan sampah organik. ibu bisa langsung bisa memilah sampah dengan membuang ke dalam kantong sampah berdasarkan jenisnya. Meski sederhana ternyata cara itu sangat membantu dalam mengurangi jumlah sampah tidak terpakai.
Seperti di wilayah gumuk perjuangan meraih juara Green and Clean sejak tahun 2011 peran paling banyak didominasi oleh ibu-ibu warga Gumuk. Dimulai dengan memilah sampah rumah tangga dari rumah, dengan memisahkan jenis sampah kemudian dikumpulkan dan dikelola dengan baik menjadi sesuatu yang lebih manfaat. Selain itu warga gumuk juga berhasil meningkatkan taraf perekonomian keluarga. Sampah yang diperoleh dijadikan beberapa barang kerajinan yang memiliki daya jual lebih tinggi. Ibu-ibu berperan besar dalam kelola ini, selain sebagai eksekutor langsung dalam rumah, juga berperan untuk mendidik dan mengedukasi anak-anaknya untuk sadar lingkungan dan cinta kebersihan. Dari teladan yang baik, contoh nyata, kedisiplinan dalam keluarga secara langsung berdampak pada perilaku anak. Anak-anak akan cenderung lebih menghargai lingkungan, sadar akan kebersihan, serta memimiliki karakter yang jauh lebih beretika.
Sebenarnya bukan hanya peran ibu-ibu saja, tetapi peran warga masyarakat lainnya dalam upaya ikut berpartisipasi dalam mengendalikan sampah sangat diperlukan. Tidak mungkin suatu sistem dan kebiasaan dapat tumbuh dan berkembang baik jika tidak ada saling dukung antar pihak. Semua memiliki peran masing-masing, terpenting sama-sama satu misi, satu visi, dan satu tujuan untuk menciptakan lingkungan bersih, asri dan Indah. Serta dapat ikut berkontribusi dalam upaya mengelola sampah agar bumi yang kita pijak ini dapat bernafas lebih lama dan hidup lebih lama.
Tentu upaya kecil itu bertujuan untuk jangka panjang, bagaimana kita menyiapkan dan mewariskan sesuatu yang berharga berupa perilaku sadar lingkungan dan cinta kebersihan sebagai contoh dan teladan baik untuk generasi penerus bangsa, anak-anak, dan cucu-cucu kita. Mendidik agar kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dapat tumbuh dihati dan jiwa mereka, meskipun dimulai dari hal yang sederhana, dengan memilah sampah secara bijak kita ikut membantu memperpanjang kehidupan bumi tercinta.
Semoga kedepan semakin banyak yang peduli, mewujudkan lingkungan yang asri, bersih, dan bebas sampahdan semua bermula dari rumah..