Mencekam, seperti itu mungkin kondisi yang sedang kita rasakan. Beragam berita simpang siur bersliweran baik via WhatsApp, ataupun sosial media.
Lalu apa yang membuat mencekam? Bagaimana tidak, angka rakyat yang terkabar terjangkit positif virus mematikan Corona meningkat tajam dalam hitungan hari.
Sedari awal pihak yang diberi wewenang mengumumkan jika negara tecinta kita ini masih kecil kasus yang terjangkit. Bahkan tampak wajahnya masih sempat tersenyum, meski khalayak tidak paham mengartikan arti senyum itu.
Kemudian berapa hari berikutnya, dengan kabar berita yang sama diumumkan tetapi kali ini, tampak tidak main-main. Senyum yang sebelumnya masih merekah sudah hilang berganti ketegangan.
Kabar jumlah korban yang semakin meningkat dan tingkat Persebaran dibeberapa daerah mengejutkan. Membuat beberapa pemimpin daerah segera mengambil tindakan  serius. Selain menetapkan KLB juga dilakukan usaha  mensosialisasikan cara meminimalisir kemungkinan persebaran. Rakyat di anjurkan untuk menunda beragam kepentingan di luar rumah. Sebisa mungkin sebaiknya lebih banyak melakukan aktifitas di dalam rumah.
Menghindari segala bentuk keramaian.
Bahkan beberapa lembaga pendidikan sudah mengambil keputusan untuk meliburkan sekolah, menunda wisuda dan acara-acara penting lainnya.
Lucunya, ditengah ramai berita ada satu teladan baik yang dicontohkan oleh seorang pemimpin dengan taktis mengambil beragam solusi malah banyak menganggap remeh, dan dianggap 'lebay'.
Miris bukah? Rakyat merasa terombang ambing dengan kondisi sekarang. Anjuran untuk tidak panik memang bagus, lebih bagus lagi dengan mengambil langkah serius, bukan hanya wacana saja.
Menghadapi situasi sekarang tidak cukup anjuran, tapi langkah kongkrit yang jelas terkait kebijakan.
Santai dan tidak panik bukan solusi. Boleh saja, rakyat diminta tidak panik tapi juga jangan menunjukan lemahnya kendali.
Corona, kendali ada di tanganmu pak!