Mohon tunggu...
septiambar
septiambar Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja Sosial

Penulis, Penggiat Parenting dan Pekerja sosial

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saat Jogja Menuju seperti Ibukota

30 Maret 2016   22:04 Diperbarui: 30 Maret 2016   22:36 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber Gambar: jakarta.coconuts.co"][/caption]Beberapa hari ini kita dikagetkan dengan berbagai macam berita dan postingan yang menjurus tentang kondisi jogja saat ini. Titik-titik vital wilayah jogja ketika diguyur hujan deras megakibatkan sistem kelola air tidak berjalan maksimal, akibatnya air membludak dan menimbulkan genangan yang tentu saja itu mengkhawatirkan dan membuat tidak nyaman pengendara. Tidak sedikit pengendara khususnya sepeda motor terjebak, mengakibatkan mesin sepeda motor mati. Bukan hanya sepeda motor beberapa mobil pun terlihat berjalan sangat hati-hati. Jika kita flashback beberapa tahun belakang ini jogja memang mengalami perubahan yang cukup signifikan. Perubahan yang dimaksudkan adalah pembangunan yang luar biasa. Sekarang sangat mudah kita temui gedung-gedung menjulang tersebar diwilayah jogja.

Serupa dengan itu lihat kondisi jalan protokol yang membelah kota Jogja, hampir sebagian besar jalan penuh dengan volume kendaraan. Hampir diwaktu-waktu kritis tidak bisa dihindari kemacetan. Sekarang ini Jogja menjadi kota dengan multitujuan. Sebagai tujuan pendidikan, tujuan wisata, tujuan budaya, tujuan politik, dan terakhir ini jogja sudah menjadi tujuan ekonomi. Hampir dipastikan terjadi pergeseran pola kehidupan, Pergerseran dalam pola pikir dan gaya hidup. Trend kekinian sekarang ini tidak hanya untuk sebagian orang kelas menengah keatas saja, budaya hedonisme yang bebas dan kadang tak teratur sudah merambah keseluruh lapis masyarakat dengan tingkatan pendidikan yang berbeda pula.

Menjadi masalah ketika pembangunan dan pergeseran ini menjadi tidak terkendali. Masalah bermunculan, angka kriminalitas meningkat, ambang batas toleransi terhadap sesuatu yang negatif semakin besar, kesenjangan ekonomi meningkat, tingkat asusila tak terkontrol.  Menurut data pemerintah meskipun ditahun 2015 data pertumbuhan melambat dari tahun sebelumnya sekitar 5,2 % tetapi tidak demikian dengan kondisi realnya bagaimana kita dengan mata terbuka melihat banyak sekali pertumbuhan dari sektor ekomomi khususnya pembangunan. Bisa dilihat dari maraknya pembangunan fasilitas seperti hotel, rumah makan, cafe, atau minimarket. Dikatakan melambat mungkin saja dikarenakan tidak meratanya kesejahteraan ekonomi masyarakatnya.

“Jogja” saat menuju Ibukota

Ibukota menawarkan banyak kelebihan tetapi kita juga tahu bagaimana kondisi jakarta sekarang ini dengan semua masalah yang ada, kemacetan, banjir, budaya hedonismenya, ketimpangan sosial, angka kriminalitas yang tinggi dan masih banyak lagi.  Tentu kita tidak ingin sebuah kota dengan penduduk sebanyak  3.457.491 jiwa (menurut data sensus penduduk tahun 2010) menjadi kota yang tidak lagi ramah. Padahal kita semua tahu bahwa jogja itu istimewa, jogja itu hangat, jogja itu sederhana.  Dengan permasalahan yang hampir-hampir mirip seperti jakarta, kemacetan dan banjir jogja akan kehilangan predikat istimewanya.

Tidak bisa kita menutup mata, laju pembangunan di jogja memberi efek domino yang tidak main-main. Permasalahan yang sebenarnya bisa diduga sebelum-sebelumnya. Saat dengan mudahnya orang memiliki kendaraan dengan syarat yang mudah, disatu sisi ruas jalan yang tersedia tidak ada perbaikan penambahan. Bukankah jika terus menerus terjadi, seluruh ruas jalan jogja akan penuh dengan kendaraan? Karena setiap aktivitas warga jogja dilakukan menggunakan kendaraan pribadi. 

Belum lagi masalah banjir, sungai di beberapa wilayah jogja hampir saat hujan lebat akan meluap dan menggenangi rumah penduduk sekitar, atau kondisi jalan yang tergenang karena sistem kelola air nya kurang baik. Ini permasalahan serius untuk segera dicari solusi terbaiknya oleh Siapapun yang berwenang dan bertanggunjawab. Melalui perbaikan sarana trasnportasi, baik layanan, armada, system, dan SDM yang kompeten, dengan memperbaiki tata kelola wilayah, kendali perijinan bangunan, penghijauan, kelola sampah, dan terpenting edukasi masyarakat untuk peduli dengan lingkungan sekitar.

Peningkatan sarana transportasi dirasa akan memberikan dampak baik, sebagian orang pasti akan berfikir ulang untuk beraktifitas dengan kendaraan pribadi, jika saja pemerintah menyediakan sarana transportasi yang memiliki kualitas kelas wahid. Layanan prima, harga terjangkau, armada yang tersedia aman dan kondisi layak, serta akses yang mudah. Masyarakat akan mulai berfikir untuk beralih menggunakan sarana transportasi. Selain menghemat bahan bakar,waktu, biaya juga lebih praktis dan terhindar dari kemacetan jalan.

Soal kendali perijinan pembangunan terletak pada pejabat berwenang, sebenarnya sejalan dengan tata kelola wilayah. Jika saja semua berjalan dengan baik terkendali dengan mempertimbangkan seluruh faktor secara menyeluruh akan efek yang akan terjadi pasti tidak akan berakhir dengan kondisi yang tidak diinginkan seperti sekarang ini, jogja sudah macet, jogja banjir, atau jogja sudah hampir seperti ibukota. Banyak gedung pencakar langit, banyak pusat perbelanjaan, banyak fasilitas hiburan, banyak hotel, banyak minimarket bersebaran tanpa diimbangi dengan edukasi masyarakat untuk siap dengan segala bentuk perubahan, pembangunan yang begitu cepatnya.

Untuk peduli kita berikhtiar berbuat dengan menyadari bahwa hempasan kemajuan sebuah daerah sudah menjadi keniscayaan. Tidak bisa kita menutup mata, MEA sudah terlanjur dibuka, Indonesia pun telanjur berbahasa SIAP menyambutnya. Jogja adalah segelintir persoalan di negeri ini, mungkin banyak pulau-pulau di Indonesia punya persoalan serupa. Alangkah baiknya meski kita bukan apa-apa tapi paling tidak kita peduli kedepannya, bagaimana nasib Indonesia selanjutnya..dengan mampu membahasakan keresahan yang terlintas dalam hati dan pikiran. Tertuang dari sedikit coretan berharap sampai di telinga pihak yang berwenang dan berkuasa.

Jogja saat menuju ibukota..
Semoga tetap Istimewa..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun