Mohon tunggu...
Septia RositaDewi
Septia RositaDewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Negeri Malang

Menyukai isu terkait ekonomi dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Financial

Apa IHSG Sudah Benar-Benar Pulih dari Covid-19?

26 November 2023   17:50 Diperbarui: 26 November 2023   17:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siaran pers PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada akhir tahun 2022 telah mengumumkan bahwa aktivitas pasar modal sudah kembali positif sedari tahun 2022. Pasalnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir Desember 2022 meningkat 4,09 persen menjadi 6.850,52. Di perjalanan menuju akhir tahun 2023 ini, IHSG tetap menunjukan kinerja positifnya. Walaupun pada semester I-2023 sempat turun 2,09%. Melihat IHSG yang masih mengalami penurunan ini, apakah benar IHSG sudah benar-benar pulih dari dampak Covid-19?

Sebelum dilanda pandemi Covid-19, rata-rata  indeks  harga  saham  pada tahun 2015-2019 berada dititik 5.808,82. Pada tahun  2016  ke  2017 IHSG naik 28,3% dan naik 11,5% pada tahun 2017 ke 2018. Selama 2018, Indeks minus 2,54% sejak awal Januari hingga Desember. Penurunan indeks ini berkaitan dengan pertumbuhan Indonesia yang belum beranjak dari 5% dan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) oleh The Fed. Kabar baiknya, pada tahun 2019, IHSG mengalami kenaikan 1,07% dari tahun sebelumnya walaupun tidak begitu besar. IHSG 2019  akhirnya ditutup di level 6.299,54 atau minus 0,47% pada perdagangan akhir tahun. Pada periode 2019 kurs dollar terhadap rupiah menjadi 13,901 per dollar AS, berarti rupiah pada tahun tersebut mengalami penguatan dan dollar mengalami pelemahan. Lemahnya dollar menyebakan IHSG menjadi positif meningkat daripada tahun sebelumnya.

Saat dunia dilanda pandemi, IMF memprediksi Covid-19 akan berdampak pada terhambatnya pertumbuhan ekonomi sekitar  0,1  ppt  dari  perkiraan pertumbuhan 3,3% 2020 pada ekonomi global. Bukti nyatanya dapat dilihat pada nilai IHSG yang menjadi acuan pasar saham di Indonesia. Pada 5 Maret 2020, IHSG tercatat berada pada nilai 5.638,13 dan mengalami titik terendah pada tanggal 24 Maret 2020 berada dititik 3.937,63. Selain Covid-19, kondisi pasar saham juga dipengaruhi oleh pergulatan harga minyak dunia oleh Arab Saudi dan Rusia sehingga membuat ketidakpastian akan perekonomian global, juga The Fed memutuskan untuk melakukan penurunan hingga 1,25% kepada suku bunga.

Bangkit perlahan-lahan dari pandemi, pada Januari 2021 terjadi peningkatan jumlah investor pasar modal yang signifikan. Akhir tahun 2021 ditutup dengan kinerja positif Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai posisi 6.581,5 atau naik 10,1% (yoy). Lalu pada 13  2022, pertumbuhan IHSG bahkan sempat menembus rekor baru, yakni pada level 7.318,016. Minat perusahaan untuk memobilisasi dana jangka panjang melalui pasar modal juga masih terus meningkat pada tahun ini.

Pelemahan IHSG 2023 disebabkan efek domino dari kenaikan US Treasury Yields dan juga upaya genosida Israel kepada Palestina yang sangat berdampak pada dinamika Kawasan Timur Tengah. Pada 24 November IHSG membawa kabar baik karena menguat 5,28 poin menjadi 7.009,69 dari periode sebelumnya.

Jika dilihat secara keseluruhan dari tahun 2018-2023, IHSG mengalami peningkatan. Pada tahun sebelum pandemi Covid-19 (2018-2019), IHSG fluktuatif pada nilai 6 ribuan atau 5 ribuan, tetapi tidak pernah menyentuh nilai 7 ribuan. Pada pandemi yaitu tahun 2020, IHSG terjun bebas sampai menyentuh nilai 4 ribuan. Lalu pasca pandemi, IHSG mulai pulih. Bahkan pada tahun 2022-2023 fluktuasi berada pada nilai 6 ribuan dan 7 ribuan. Kondisi ini berarti rata-rata saham di Bursa Efek Indonesia menguat.

Standard deviasi merupakan cara untuk mengukur volitilitas return. Secara rata-rata pergerakan harian IHSG dari 2018-2023 ada di level 3,16% yang artinya investor harus siap bila mengalami kerugian sejumlah tersebut beberapa hari berturut-turut. Volatilitas IHSG sebelum pandemi lebih tinggi daripada volatilitas sesudah pandemi. Ini berarti risiko pada tahun setelah pandemi lebih rendah.

Melihat dari data dan analisis di atas, dapat diketahui IHSG masih mengalami fluktuatif dibeberapa periode. Fluktuasi ini disebabkan karena berbagai faktor makroekonomi yang ada. Namun, setelah pandemi trend IHSG cenderung naik positif. Ini menjelaskan bahwa IHSG perlahan-lahan pulih dari pandemi. Diharapkan dari kondisi ini makin banyak investor yang manaruh uangnya di pasar modal.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun