Sebagai tombak utama jalannya pendidikan di dunia ini, menjadi Guru bukanlah sembarang pekerjaan yang bisa bebas memakai pakaian fashionable seperti para pelaku Seni. Menjadi Guru membuat kita dituntut untuk rela memakai kemeja, rok hitam, seragam pramuka, dan batik selama 5 hari dalam seminggu berulang terus hingga akhir masa pengabdian kita nanti, dengan tujuan agar Guru dapat memberikan pengajaran secara langsung dalam tata cara berpakaian yang baik, kala berada di lingkungan pendidikan, seperti sekolah.
Menjadi Guru juga menuntut adanya budi luhur dan sikap santun dalam tiap perbuatan dan ucapan kita di setiap harinya, terlebih ketika harus mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak didik di kelas, atau dimanapun itu.
Guru harus bisa mengontrol setiap tata perilaku dan ucapannya karena Guru adalah contoh utama anak-anak didik di lingkungan sekolah. Apa- apa saja yang Guru lakukan, ucapkan, serta kenakan pasti akan terekam dan ditiru oleh para anak didik walau hanya sebuah perilaku kecil. Seperti misalnya,
 "Guru D selalu  mengucap terima kasih setelah diberi sesuatu atau dibantu oleh anak-anak muridnya, maka perilaku tersebut secara tidak sadar akan diikuti oleh anak-anak didiknya untuk selalu ingat mengucapkan terima kasih setelah diberi atau dibantu oleh orang lain",
Kemudian, dalam pemberian materi secara lisan oleh Guru dalam pembelajaran di kelas, Intonasi, volume, tempo suara dan nada penting untuk diketahui oleh para Guru, untuk menciptakan suasana pembelajaran yang hidup dan tidak monoton. Seperti misalnya dalam menggambarkan akibat perbuatan bohong, nah gunakanlah volume yang lebih besar dari kata-kata sebelumnya untuk menekankan bahwa berbohong akan mengakibatkan diri menjadi rugi dan merupakan perbuatan tak terpuji.
Sebagai Guru, kita harus mampu mengetahui kapan saat-saat harus memelankan suara, mengeraskan volume suara, serta dimana kita memberi penekanan pada kata, karena bila cara mengajar kita monoton, tentu akan membuat suasana pembelajaran menjadi membosankan dan membuat para murid menjadi tidak fokus dalam menangkap apa maksud dari materi yang telah kita sampaikan. Akan sangat mengesalkan bukan, bila hal itu terjadi. Suara dan tenaga yang telah kita berikan sepenuh hati, tidak memberikan manfaat apapun dan transfer ilmu tidak terjadi se-maksimal yang kita harapkan.
Jadi, untuk menjadi guru komitmen dahulu lah kepada dirimu untuk terus belajar dan menjadi pribadi terbaik dalam bertutur kata dan berperilaku. Karena Guru, adalah tombak kesuksesan bangsa ini. Semakin baik budi pekerti Guru-nya, semakin banyak pula penerus bangsa berbudi luhur yang tercetak di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H