Proxy war atau perang proksi terjadi ketika dua negara atau lebih menggunakan pihak ketiga atau kelompok lokal di negara ketiga untuk melawan satu sama lain secara tidak langsung. Biasanya, negara-negara tersebut mendukung kelompok-kelompok tersebut dengan dana, senjata, pelatihan, dan dukungan logistik untuk mencapai tujuan politik atau militer mereka.
Proxy war biasanya terjadi ketika dua negara tidak ingin terlibat langsung dalam konflik karena alasan politik, militer, atau diplomatik tertentu. Contohnya adalah Perang Vietnam, di mana Amerika Serikat dan Uni Soviet saling melawan satu sama lain melalui pihak ketiga, yaitu Vietcong dan Tentara Nasional Vietnam Utara.
Kaitannya dengan bela negara adalah bahwa dalam proxy war, masing-masing negara yang terlibat mencoba untuk mempertahankan kepentingan nasional mereka dengan menggunakan pihak ketiga atau kelompok lokal sebagai sarana untuk mencapai tujuan mereka. Pihak ketiga atau kelompok lokal tersebut biasanya dipilih karena memiliki kepentingan yang sama atau setidaknya sejalan dengan kepentingan negara yang mendukung mereka.
Dalam beberapa kasus, proxy war dapat mengarah pada eskalasi konflik dan bahkan perang antara negara-negara yang terlibat. Oleh karena itu, banyak negara berusaha untuk mencegah proxy war dan mempromosikan perdamaian dan stabilitas di seluruh dunia melalui kerja sama internasional dan diplomasi.
Mengatasi proxy war bisa menjadi tugas yang sulit karena sifatnya yang kompleks dan melibatkan banyak pihak yang berbeda. Namun, beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi proxy war antara negara-negara adalah sebagai berikut:
Diplomasi: Upaya diplomasi harus menjadi prioritas utama dalam mengatasi proxy war. Negara-negara harus berbicara dan bernegosiasi satu sama lain secara terbuka dan jujur untuk mencari solusi damai atas konflik yang sedang terjadi.
Mengurangi dukungan terhadap pihak ketiga: Negara-negara yang terlibat dalam proxy war harus mengurangi dukungan mereka terhadap kelompok lokal yang mereka dukung. Dalam banyak kasus, dukungan eksternal hanya memperburuk konflik dan memperpanjang penderitaan rakyat di negara yang terkena dampak proxy war.
Meningkatkan bantuan kemanusiaan: Dalam situasi proxy war, rakyat sipil sering menjadi korban yang tidak bersalah. Oleh karena itu, negara-negara harus meningkatkan bantuan kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang terdampak konflik.
Meningkatkan kontrol senjata: Negara-negara harus meningkatkan kontrol senjata untuk mengurangi aliran senjata ke wilayah konflik. Hal ini akan mengurangi kekerasan dan membantu mencegah perburukan situasi.
Membuat kerangka kerja hukum internasional yang lebih kuat: Negara-negara harus berkomitmen untuk memperkuat kerangka kerja hukum internasional untuk mengatasi proxy war. Hal ini dapat membantu membatasi aksi militer dan mendorong negara-negara untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Mengembangkan pendidikan dan pengembangan ekonomi: Membangun kemampuan ekonomi dan pendidikan di wilayah yang terkena dampak proxy war dapat membantu mengurangi kemiskinan, ketidakadilan, dan ketidakstabilan yang sering menjadi akar masalah konflik tersebut.