Konsep terakhir adalah arena sosial. Medan atau arena merupakan kekuatan perjuangan untuk menghasilkan sumber daya-modal dan untuk memperoleh tingkatan kekuasaan. Posisi suatu agen dapat ditentukan oleh jumlah dan bobot relatif dari modal yang mereka miliki, termasuk modal ekonomi, kultural, sosial, dan simbolik (Iqbal; 2023). Arena di sini bukan hanya ranah, tapi juga dapat diartikan sebagai tempat bersaing, seperti tempat kerja, masyarakat, sekolah, dan lain-lain. Yang menentukan kemenangan atau kekalahan di arena dengan demikian bergantung pada kepemilikan kapital dan cara kita menempatkan kapital-kapital tersebut. Di dalam arena, strategi kapital dan habitus akan menentukan apakah pelaku akan mendominasi atau didominasi.
    Kelompok pendominasi tergantung sejauh mereka memiliki kapital dalam bidang ekonomi, budaya warisan, sosial dan simbolik Oleh karena itu kapital sebagai modal kekuasaan mencakup tiga kelas, yaitu kelas dominan (kaum borjuis) di mana mereka menunjukkan identitas khas dan memaksakan kepada semua suatu visi tentang dunia sosial. Lalu, kelas menengah di mana mereka meniru budaya kelas dominan. Serta, kelas bawah yaitu tidak adanya kepemilikan kapital. Semua ini tentu akan terjadi apabila setiap kelompok yang memiliki kapital sadar dan paham dengan bagaimana modal-modalnya diterapkan pada strategi penempatan kapital. Kemudian, kemampuan untuk menempatkan kapital tergantung pada habitus. Bisa diringkaskan demikian bahwa dalam arena sosial, hal yang utama adalah kemampuan mengidentifikasi, kapital apa yang mau dipertaruhkan dan habitus apa yang dibutuhkan. Kemampuan untuk membangun strategi penempatan kapital dan habitus akan menentukan baik sebagai kelompok pendominasi maupun didominasi.Â
Kesimpulan
Dominasi di arena sosial sangat penting dalam pemikiran Pierre Bourdieu karena ia membantu menjelaskan bagaimana kekuasaan beroperasi dalam masyarakat dan bagaimana individu berinteraksi dengan struktur sosial. Dengan memahami mekanisme dominasi, kita dapat lebih baik memahami dinamika kekuasaan, reproduksi sosial, serta potensi untuk perubahan dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Jelas sebagaimana dijelaskan di awal bahwa strukturalisme genetik membantu menghindari dilema subjektivisme-obyektivisme dengan memusatkan perhatian pada praktik sosial yang merupakan hasil dari hubungan dialektis antara struktur objektif dan struktur mental individu. Tentu saja analisis ini tidak dapat dipisahkan dari analisis struktur sosial. Ruang sosial dan kelompok yang berkuasa merupakan produk dari perjuangan historis, di mana agen berpartisipasi menurut posisi mereka dalam ruang sosial dan menurut struktur mental yang mereka gunakan untuk memahami ruang ini.Â
Oleh karena itu, pembahasan mengenai habitus, kapital dan arena terang dijelaskan. Habitus ada pada proses perolehan yang mencakup hasil keterampilan, sumber kreativitas dan warisan dapat diterangkan. Salah satu contohnya adalah seorang anak yang bisa melukis karena ayahnya seorang seniman. Lalu, ia mendapatkan dasar keterampilan yang mencakup etos atau kesadaran praksis, kerangka penafsiran, perangkat sosialisasi dan arah orientasi sosial dalam lingkungannya. Semua ini tentu mencakup bagaimana logika sosial yang memuat bagaimana berfungsinya masyarakat, gaya hidup dan opini. Habitus sebagai hasil internalisasi lingkungan di mana individu berada dan pada gilirannya apabila habitus itu mendominasi, maka seseorang akan membentuk lingkungannya. Lingkungan ini dibentuk melalui kelas sosial. Dalam hal ini kelas dikaitkan dengan kapital budaya, ekonomi, sosial dan simbolik. Semua ini jelas memperlihatkan praktik sosial sebagai hasil dari interaksi antara habitus individu dan arena sosial serta mencakup kapital yang dimiliki. Praktik ini memungkinkan individu untuk menginterpretasikan dan mengevaluasi lingkungan sosial mereka dan melakukan gerakan untuk perubahan.
Daftar Pustaka
Bourdieu, P. 1992. The Logic of Practice. California: Stanford University Press.
Haryatmoko, Johanes. 2022. Diktat Filsafat Kontemporer. Bahan Ajar di STF Driyarkara. Jakarta: SFT Driyarkara.
Iqbal, Rizki Muhammad. 2023. Pierre Bourdieu: Mekanisme Kekuasaan dalam Strukturalisme Genetik, dalam LSF Discourse. Diakses dari, https://lsfdiscourse.org/pierre-bourdieu-mekanisme-kekuasaan-dalam-strukturalisme-genetik, pada 24 Â Oktober 2024.
Ritzer,George, dan Jeffrey Stepnisky. 2019. Teori Sosiologi. (Rianayati Kusmini, Penerj.). Pustaka Pelajar.