Sudah lama ya tidak membuat tulisan yang diposting di Kompasiana. Rasanya kangen juga, walaupun bingung mau menulis apa, tapi ya sudahlah… tulis saja apa yang ingin ditulis… itu mungkin lebih baik daripada tidak sama sekali… hehehe.
Sambil menikmati secangkir kopi panas di pagi hari, saya teringat pada status salah satu teman saya semalam yang bilang “happy is simple”. Dan saya pun men”copas” statusnya dengan tidak lupa menyertakan namanya tentunya dalam status yang saya buat di media sosial Facebook.
Seperti biasa, kalau minum kopi pasti saya lakukan dalam keadaan tenang dan pikiran yang dibuka seluas-luasnya, supaya nikmat kopi itu semakin terasa tentunya.
Bahagia itu apa sih..? mendapatkan apa yang kita inginkan.. itukah bahagia..? kalau begitu harusnya saya sudah sangat bahagia ya.. karena memiliki apa yang saya inginkan. Suami yang ganteng, dengan tingkat ekonomi baik, anak-anak yang cerdas, berbagai fasilitas hidup yang Alhamdulillah ada. Kebebasan melanjutkan sekolah, kebebasan menyalurkan hobi yang saya sukai. Lantas… dimana saya harus berkeluh kesahnya..?
Manusia… namanya juga manusia, kadang ada rasa tidak puas dengan apa yang telah diraih dalam hidupnya, kadang selalu merasa ingin lebih. Wajar…? Ya wajar saja selama dalam batas kemampuan, yang kurang ajar itu saat keinginan menggebu tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Hehehe.
Bahagia kadang juga disandingkan dengan satu kata “sukses”. Kalau sukses pasti bahagia, padahal kalau bahagia belum tentu “sukses” yaa.. Saya pernah membaca salah satu buku karya John Gray dengan judul “How To Get What You Want and Want What You Have.” Setelah membacanya mindset saya mengenai “sukses” sedikit berubah. Hebat juga ya itu buku berarti. Hehehe
Dikatakan dalam buku itu, Sukses pribadi adalah mendapatkan apa yang kita inginkan dan tetap menginginkan apa yang telah kita dapatkan. Sejenak saya coba pikirkan baik-baik maksud dari si penulis menulis kalimat ini. Dan saya telah mendapatkan poinnya. Terutama yang “tetap menginginkan apa yang telah kita dapatkan.” Kadang nafsu dunia membuat kita lupa dengan apa yang telah kita punya ya.. memburu harta sampai gila kerja, lupa waktu lupa keluarga, walaupun alih-alih yang dilakukan pun ujung-ujungnya untuk kebahagiaan keluarga, namun menikmati apa yang telah kita miliki kadang terlewati begitu saja. Hingga lupa bahwa kita pernah menginginkan hal yang terlewati itu.
Kopi ini rasanya menjadi sangat nikmat, mengingat tak ada stok kopi lagi dalam laci, seduhan terakhir ini benar-benar luar biasa. Kombinasi angin dan sinar matahari pagi ini semakin memperbuas kenikmatan yang saya rasakan. Sambil sesekali melirik pada tembok penuh bingkai foto keluarga kecil saya, senyum saya pun menghias wajah pagi ini. Ya benar… happy is simple.
Lantas… nikmat Tuhan manakah yang harus saya dustakan…?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H