Mohon tunggu...
S. JIHAN SYAHFAUZIAH
S. JIHAN SYAHFAUZIAH Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Contributor http://kampusnews.com - http://kampus.co.id - http://getscholars.com II Traveler II Futures Yurist

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika SMA ---- UN - SNMPTN

21 Mei 2014   10:46 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:17 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kabarnya, hari ini pengumuman Ujian Nasional ya? Lulus semua kah? Coba kaji, apa manfaatnya setelah mengikuti Ujian Nasional? Jika kemarin-kemarin baik sebelum maupun saat  Ujian Nasional semuanya pada ribut nggak hanya guru dan siswa sampai menteri, presiden, dan orang tua juga ikut angkat bicara. Dari dulu, saya lulus tahun 2011 bahkan sebelum saya lulus pun isu menjelang Ujian Nasional selalu marak diberitakan di media. Yang saya tanyakan, kenapa hanya pas ujian nasional saja? Toh, yang diberitakan setelah Ujian Nasional selesai adalah tentang kelulusannya. Setelah itu tak ada bahasan lagi, sampai tahun berikutnya semua ribut lagi. Begitu seturusnya.

Sekedar share pengalaman saya UAN di tahun 2011. Tepat 3 tahun yang lalu untuk pertama kalinya soal di model A, B. C. D. Maksud hati pengatur pendidikan ini pengennya di perketat biar nggak pake contekan dan meminimalisir terjadi kecurangan, eh tambah bikin kreatif siswa buat bikin contekan. Saya dulu sebelumnya SMP di daerah. SD pun di desa. Tidak pernah mengenal budaya menyontek. Baru saya masuk SMA, betapa kreatifnya teman-teman saya membuat contekan. Apakah mereka salah?

Coba, amatin analogi berikut. Ngamatin nggak sih, anak yang cerdas biasanya dia bandel? Tapi di balik bandelnya, dia itu kreatif. Ngamati nggak sih, kalo dia berbeda dengan anak yang rajin. Nyatet, salin, ngapalin. Sedangkan anak kreatif, mendengarkan, mengumpulkan data, dipikirkan, dan dilaksanakan. Mereka juga selalu berfikir out of the box. Termasuk dalam hal contekan. Semakin dipersulit proses nyonteknya, semakin kreatif juga cara nyonteknya.

Kalau seudah begini, siapa yang disalahkan? Tidak seharusnya pemerintah memberikan UN dengan segitu banyak mata pelajaran. Tidak seharusnya juga, siswa SMA diberi begitu banyak pelajaran. Usia SMA, yang merupakan usia belajar seharusnya biarkan mereka belajar dasar dari ilmu mereka yang ingin mereka pilih waktu kuliah. Banyak mata pelajaran yang dipelajari di SMA, tidak dipergunakan di kuliah atau dipergunakan sebagian karena jurusannya yang sama. Apa arti 3 tahun menuntut ilmu di SMA, jika yang dikejar kebanyakan orang adalah lulus UN. Mau mencari ilmunya pun mustahil bisa menguasai segitu banyak mata pelajaran.

Itulah UN, menginjak SNMPTN. Tidak jauh beda dengan mengerjakan UN. Kenapa saya masuk fakultas hukum tapi di tes ekonomi dan akutansi? Logis gag sih? Okelah, karena itu yang saya pelajari di SMA. Tapi sekali lagi.... 3 tahun tersebut sia-sia karena hanya untuk selembar ijasah. Bukan ilmu. Mungkin pengalaman saya disana, yang membuat saya dewasa karena saya aktif organisasi.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun