Sudah banyak yang membahas, dan sudah pada tau kan pasti kalo Indonesia yang luas ini terdiri dari berbagai suku, budaya dan agama. Letak geografis Indonesia yang berupa kepualauan membuat akses Indonesia dari satu pulau ke pulau lainnya sangatlah jauh jika dibandingkan di negara lain yang tidak memiliki perairan seluas Indonesia. Akhirnya perbedaan pun semakin nyata terlihat ketika penduduk antar pulau satu dan pulau lainnya tidak seling komunikasi.
Hal ini bisa kita ambil contoh. Sebagai orang Jawa apa yang kalian pikirkan tentang orang Papua? Sebagai orang Sumatra, apa yang kalian pikirkan tentang orang Madura? Dan begitu seturusya. Terkadang, kita hanya melihat sekilas dan kemudian dengan cepat kita membuat kesimpulan. Padahal, tidak semua hal harus kita simpulkan saat itu juga. Hal ini terkait dengan nila-nilai kebenaran yang ada di setiap manusia. Banyak orang yang berbicara tentang kebenaran dan mengatakan bahwa kebenaran itu satu? Apakah itu benar, semua tergantung pemikiran anda. Jika saya boleh berpendapat, bagai saya kebenaran itu satu yaitu apa yang saya anggap benar. Begitu juga manusia lainnya, pasti juga menganggap kebenaran itu satu. Yaitu apa yang diyakininya benar dengan berbagai alasan dan latar belakang berfikir yang menurut dia benar. Dan dia baru menganggap salah jika rasionya sudah tidak mampu menarik benang merah dari kebenaran yang ada dalam otaknya.
Jika setiap orang memilki kebenaran masing-masing, lalu mana yang benar? Jika saya boleh berpendapat, kebenaran adalah efektifitas. Yang mana yang efektif untuk dilakukan itulah yang benar. Kalau begitu dari sekian banyak pilihan yang mana yang paling efektif? Temukan sendiri. Kita dianugrahi otak untuk mengkaji ilmu dari sumber-sumber yang ada. Baik yang tertulis ataupun yang tidak tertulis.
Jika setiap daerah bahkan setiap orang memiliki kebenaran yang berbeda, tentu akan menimbulkan prasangka. Prasangka kemudian akan menimbulkan suatu kecurigaan dan dugaan-dugaan yang kebanyakan bersifat negatif. Jika di dalam pikiran hal-hal negatif itu tertanam, maka segala sesuatunya yang dia lihat tentang kebenaran yang dianggap orang lain benar itu menjadi salah. Jika sudah mengatakan itu salah, munculah konflik. Dan inilah latar belakang terjadinya konflik antar suku, agama, dan berbagai perbedaan.
Sumber utamanya adalah prasangka. Untuk mengatasi prasangka tersebut, maka diperlukan strategi komunikasi yang baik untuk mendapatkan kedamaian. Indonesian Youth Dialog yang diselenggarakan oleh alumni SUSI di 6 kota berbeda di Indonesia, memperkenalkan tentang apa budaya dialog itu.
DIALOG
Dialog merupakan percakapan dengan cara berbeda namun lebih efektif dalam berdiskusi mengenai isu-isu sensitif. Deep dialogue bisa dijelaskan sebagai percakapan yang melibatkan dua atau lebih pihak, individu maupun kelompok, yang memiliki pandangan berbeda dengan tujuan utama untuk saling belajar
dari dan memahami masing-masing pihak. Dialog memberi kesempatan bagi pihak-pihak yang terlibat untuk belajar dari sudut pandang lain yang berbeda dari sudut pandang kita sendiri. Melalui mata orang lain, kita melihat hal dari bagian lain dunia yang tak kita lihat dari mata kita sendiri begitu juga sebaliknya. Dialog tak hanya cara untuk mengumpulkan informasi. Dialog merupakan cara berpikir yang baru.
INDONESIAN YOUTH DIALOG - THIS IS BALI
This is Bali merupakan jargon kita IYD regional Bali. Acara yang diselenggarakan mulai dari tanggal 9 - 12 April lalu, membuat saya berfikir bahwa selalu ada alasan dalam setiap alasan seseorang melakukan sesuatu. Kami, 15 partisipani Indonesian Youth Dialog regional Bali berasal dari berbagai daerah tidak hanya Bali dan Jawa tetapi berbagai daerah seperti Sumatra dan Kalimantan. Kami berkumpul dalam satu villa cantik dan berdiskusi tentang hal-hal sensitif terkait dengan budaya.