Mohon tunggu...
Eka Tanjung
Eka Tanjung Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Wisata Eropa

Sahabat Wisata Eropa | Pemilik Tour Serbalanda | Tetap Semangat Jangan Kasih Kendor |

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Polisi Gadungan Belanda, Tipu Wisatawan Indonesia

2 Juli 2015   18:46 Diperbarui: 2 Juli 2015   18:46 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Belanda salah satu tujuan liburan yang tergolong aman, dibanding Prancis, Itali atau Spanyol. Namun perlu waspada terhadap polisi gadungan dan peminta-minta. Mereka menyasar orang Indonesia.

 

Peringatan

Penulis yang sudah 30 tahun domisili di Belanda, kerap membaca dan mendengar kejadian di tempat-tempat wisata. Tulisan ini hanya sekedar peringantan saja, karena Kepolisian Belanda juga mengeluarkan warning soal aparat gadungan dari Eropa Timur. Alasan lain, karena penulis tidak ingin orang Indonesia menjadi korban penipuan ini.

 

Jangan Lengah

Ketika kawan berada di tempat-tempat wisata, sebaiknya waspada dengan barang-barang. Sekalipun sedang melihat view bagus dan ingin segera berselfie ria tanpa harus kehilangan moment. Jangan lengah perhatian pada tas dan barang kawan. Sebab orang yang berniat jahat, akan beraksi pada sasaran yang meleng.

 

Polisi Asli Belanda Pic: Serbalanda

 

Polisi Preman

Salah satu modus kejahatan di tempat-tempat wisata Belanda adalah jaringan kriminal ringan seperti pencopetan dan penipuan yang dilakukan antara 2 sampai 6 orang. Dua orang menyamar sebagai polisi berpakaian sipil, atau preman.

Mereka berbekal ID-card tiruan yang mirip punya Polisi. Para pelaku berasal dari Eropa Timur dan tidak berbahasa Belanda, penguasaan bahasa Inggrisnya pun terbata-bata. Hanya kalimat-kalimat standar saja. Mereka menyasar wisatawan Asia yang berjalan sendirian atau dalam kelompok kecil, seperti dari Thailand, Korea, China, Singapura atau Indonesia.

 

Modus Operandi

Menurut pihak kepolisian Belanda, para pelaku beroperasi paling sering berempat. Mereka terlebih dulu mengamati bakal korbannya sejak mulai dari masuk tempat-tempat wisata kalau di Rotterdam sekitar Euromast, Markthal atau Spido.

Setelah calon korban berada di lokasi yang sepi, dua orang pelaku akan menghampiri mangsa. Sapaan ini bertujuan untuk meyakinkan bahwa bakal mangsanya bukan domisili Belanda. Menyapa dan mengajak sang korban berbicara dalam bahasa Belanda. Tak lama kemudian muncullah dia orang yang mengaku sebagai aparat polisi dan menduga ada ‘transaksi narkoba’ dan ingin menggeledah korban.

 

Uang Raib

Mereka akan meminta Paspor, ID dan Dompet. Dan tanpa disadari mereka akan mengambil uang dari dompet korban dan mengembalikan dalam kondisi sudah berkurang banyak. Sang pelaku akan kabur dengan hasil jarahannya.

Mengapa Orang Asia?

Mereka sengaja menyasar wisatawan dari Asia karena rumpun bangsa ini cukup patuh kepada otoritas, apalagi kepada aparat polisi. Haha dari mana ya kok kita bisa begitu?  Selain itu wisatawan Asia, selalu siap untuk membuktikan dirinya adalah orang baik-baik, maka menuruti semua pengarahan dari otiritas di tempat asing. Dan orang Asia juga dikenal senang membawa duit banyak di dompetnya. Lengkap sudah .. orang Asia menyandang status ‘sasaran empuk’ di mata para penipu.

Sabtu silam kejadian di Rotterdam dan korbannya turis dari Singapura. Dia diajak bicara oleh dua pria, lalu muncul dua aparat gadungan yang menunjukkan ID (palsu) dan mengatakan mencurigai deal narkoba. Meminta untuk menggeledah barang dan minta paspor dan dompet. Tak lama kemudian, korban ditinggal dengan kejutan bahwa dompetnya sudah kosong.

 

Korban Indonesia

Beberapa tahun silam Eka Tanjung mendapat kabar dari seorang teman yang jalan sendiria ke Rotterdam dan mengalami hal serupa. Dia didekati dua aparat preman yang membawa ID polisi. Dan ingin melihat dompet dan paspor. Dasar kawan Indonesia ini adalah orang baik dan polos, dia turuti saja permintaan itu dan akhirnya dompetnya berkurang € 200,-. Dia cerita sudah dua pekan kejadian, karena “saya kesal tapi malu juga, kok bisa sampai ketipu.”

 

Polisi Belanda menanggapi kasus penipuan ini denga tegas mengatakan:
“Kami tidak akan pernah meminta warga untuk menyerahkan dompet. Tidak pernah. Kalau ID ada di dompet, maka kami akan meminta pemilik mengambilnya sendiri dari dompet. Bukan kami. Kami tidak akan menyentuh dompet itu.”  Jadi bisa disimpulkan, kalau minta dompet berarti dia polisi palsu dan penipu!

 

Eropa Timur

Menurut kepolisian Belanda yang diwawancara AD.nl mengatakan bahwa pelakunya hampir selalu berasal dari Eropa Timur. “Penelitian kami menunjukkan bahwa mereka biasanya beroperasi di Belanda selama satu atau dua hari. Setelah itu pergi. Saya juga mendengar pengalaman yang sama dari rekan-rekan polisi di Belgia,” ungkap Pak Smit polisi Rotterdam yang sudah sering mendapat pengaduan tentang ‘polisi gadungan.’ Polisi tidak tinggal diam, mereka terus menguber pelaku yang mencemarkan nama institusi kepolisian.

Bulan lalu Polisi berhasil meringkus sindikat ‘polisi gadungan’ dari Rumania yang merampok turis satu famili dari Thailand. Dua pelaku meminta ID, paspor dan tas pinggang sang korban. Dari tas mereka mengambil uang € 1500.

Menyadari uangnya diambil, sang korban berteriak-teriak minta tolong dalam bahasa Thais mungkin atau bahasa Jane memanggil Tarzan. Yang pasti suara minta tolong itu terdengar oleh beberapa pekerja bangunan yang berada dekat lokasi. Mereka akhirnya membantu menangkap sang pelaku dan menyerahkan kepada polisi.

Tidak Kapok

Beruntung kali ini bagi sang korban, karena uangnya akhirnya kembali. Dan pelaku dikenai hukuman kurungan selama tiga bulan. Tapi kan tahu sendiri penjara di Belanda seperti hotel Melati ber-TV dan bersih. Kalau dasarnya memang penjahat, maka setelah keluar penjara dia akan mengulang perbuatannya dengan pengalaman dan lebih mahir lagi. Artinya jumlah kejahatan ini tidak akan berkurang.

Dari cerita tentang ‘aparat gadungan’ ini maka Eka Tanjung ingin menyampaikan beberapa saran atau tips kepada kawan yang bepergian liburan ke Eropa.

  • Jangan hiraukan orang asing yang mengajak Anda berbicara di tempat wisata.
  • Jangan tanggapi orang yang meminta-minta. Minta rokok atau korek api.
  • Jangan layani orang yang menjatuhkan benda dan menyebut itu punya Anda. Amankan barang Anda.
  • Jangan membeli barang murah di tempat yang mencurigakan.
  • Pisahkan uang Anda di dompet yang berlainan.

Korban Belanda

Kejahatan dengan modus seperti ini terjadi di mana-mana dan korbannya bukan saja kalangan wisatawan. Para lansia Belanda yang tinggal sendiri sering pula jadi korban ‘aparat gadungan.’ Mereka datang menyamar sebagai aparat polisi atau dinas pemda, ingin mengontrol keamanan rumah penduduk dan melihat ke dalam dan menjarah barang-barang berharga.

Semoga masukan ini bermanfaat dan kawan bisa menikmati liburan di Belanda dan Eropa dengan nyaman, tanpa mengalami hal-hal yang tidak diinginkan. Eka Tanjung siap memberikan saran untuk penginapan maupun transportasi dan akomodasi yang baik dan aman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun