Radio        : Sudah bertahun-tahun kamu berusaha menyingkirkan aku, lantas berapa banyak tayanganmu yang tereliminasi oleh KPI?
Televisi       : Hanya sebagian.
Radio        : Maksudmu sebagian besar?
Televisi       : Tidak, tidak. Maksudku sebagian kecil saja. Dan tentu saja sebagian besar berhasil tayang. Kau sendiri bagaimana?
Radio        :  Aku? Tidak bermasalah. Penyiarku baik-baik saja, konten siaranku juga bagus. Ehm.. lagu-laguku juga cukup update.
Televisi       : Bagaimana bisa demikian? Bagaimana kau bisa tetap eksis padahal aku lebih banyak ditonton.
Radio        : Iyalah kau lebih banyak ditonton, yakali manusia nonton radio. Mungkin bisa dikatakan kau mengalahkan aku dari jumlah manusia yang menonton tayanganmu.
Televisi       : Lalu, mengapa KPI mengeliminasi sebagian tayanganku? Apa aku salah menyajikan tayangan yang menghibur bagi manusia-manusia di negeri ini? Atau jangan-jangan kau bekerja sama dengan KPI untuk mengembalikan kejayaanmu yang dulu ketika masih berstatus sebagai radio siaga bencana sehingga dengan mudah kau membuatku punah.
Radio        : Hei, itu tidak benar. Jika kau merasa punah, maka dirimulah yang seharusnya berbenah. Kau pikir siapa yang dulu merebut peranku sebagai media penyalur informasi?
Televisi       : Aku ada untuk melengkapimu!
Radio        : Basi. Nyatanya, aku tersingkir karenamu. Kau tidak tahu selama ini aku berbenah untuk apa.