Mohon tunggu...
Seny Soniaty
Seny Soniaty Mohon Tunggu... Penulis - Pemerhati Budaya dan Pembangunan Masyarakat

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Asian African Reading Club (AARC) dan Literasi Kebangsaan

16 Agustus 2022   00:25 Diperbarui: 16 Agustus 2022   00:29 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kegiatan Tadarusan AARC di MKAA (Sumber: Dokumentasi Penulis)

AARC melalui metode tadarusannya, tidak hanya melatih seseorang untuk membaca teks tapi juga melatih seseorang untuk memahami isi teks dan memproses serta merefleksikan apa yang dibaca dalam kehidupan sehari-hari. Diskusi yang dilakukan setelah tadarusan atau celotehan mengkritisi teks buku yang dibaca saat sedang dibaca, menjadi cara dalam mengajak para peserta tadarusan untuk memahami isi teks dari buku yang dibaca. Kegiatan literasi yang dilakukan oleh AARC dengan metode tadarusannya, tidak hanya sebatas pada membaca nyaring dan mengajak orang-orang untuk membaca dan mendengarkan, tapi juga mengajak para peserta yang hadir dalam tadarusan untuk memahami teks, mengkritisinya dan mendiskusikannya.

Lalu, apa hubungan antara AARC dan literasi kebangsaan?

Buku-buku yang dibaca dalam tadarusan AARC sebagian besar bertema kebangsaan. Buku-buku seperti "The Bandung Connection" karya Roeslan Abdulgani dan "Kumpulan Pidato; Mohammad Hatta (1942 s.d 1949)" yang kental dengan sejarah perjuangan nasional, dan buku-buku sastra seperti "Lebaran di Karet, di Karet" (Kumpulan Cerpen, Umar Kayam), Klop" (Kumpulan Cerpen, Putu Wijaya), "Laki-laki dalam Secarik Surat" (Kumpulan Cerpen Budi Darma) yang sarat dengan kondisi bangsa dan kritik sosial, membuat AARC dengan metode tadarusannya dan diskusi yang terbangun di dalamnya, disadari atau tidak, telah melakukan literasi kebangsaan. Nilai-nilai kebangsaan, secara langsung maupun tidak, telah ditanamkan dalam kegiatan tadarusan AARC. Bukan dengan cara doktrinasi, tapi dengan cara memahami dan merefleksikan isi teks serta mendiskusikannya dalam kegiatan tadarusan tersebut.

Kegiatan literasi bukan sebatas pada kegiatan membaca buku semata, tapi lebih lanjut adalah memahami isi teks yang dibaca dan merefleksikannya sehingga dapat membantunya dalam mengembangkan pengetahuan dan potensi yang dimilikinya agar dapat berpartisipasi dan berkontribusi dalam masyarakat. Kegiatan literasi merupakan awal dari pengembangan diri dan pembangunan masyarakat. 

Literasi bisa dikatakan sebagai fondasi dari kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, perlulah tetap dipertahankan, dilestarikan, dan dikembangkan kegiatan literasi di Indonesia. Apa yang dilakukan oleh AARC merupakan salah satu contoh dari konsistensi dalam memperjuangan literasi di Indonesia. Bukan sekadar melatih kemampuan membaca teks, tapi juga memahami dan merefleksikan teks yang dibaca.

Selamat Ulang Tahun yang ke-13 Asian African Reading Club (AARC). Teruslah berjaya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun