Jujur saja, sebelumnya saya hampir tidak pernah peduli pada hal-hal yang berbau dunia pendidikan, terlebih sudah hampir 10 tahun lebih saya meninggalkan hal-hal yang berbau dunia pendidikan.
Maka jika saya ditanya tentang hal-hal yang berbau dunia pendidikan, jawaban saya sudah pasti pendidikan itu adalah belajar, ya, belajar. Membaca, menghapal, berhitung, serta mendengarkan, sebab seperti itulah fakta yang saya alami di dunia pendidikan semenjak SD hingga lulus kuliah.
Dan tegas saya akui, sangat tidak menyenangkannya cara belajar-mengajar waktu itu, namun saya juga harus berbesar hati, andai saja saat itu kurikulum cara belajar-mengajar tidak seperti itu, sudah pasti saya tidak akan bisa menjadi seperti apa saya sekarang ini. Ada terima kasih yang sangat besar pada para guru yang mampu dengan sabarnya menghadapi murid-murid bengal seperti saya, dan menjabarkan tiap pelajaran agar sesuai dengan kurikulum saat itu.
Melanjutkan baris awal tulisan ini, memang betul saya hampir tidak pernah peduli dengan hal-hal di dunia pendidikan, maupun dengan kurikulum-kurikulumnya. Namun mengingat saya akan segera menikah, yang mana kelak akan memiliki keturunan, tiba-tiba saya tergelitik untuk menelusuri dunia pendidikan saat ini. Saya akan menjadi orang tua, saya harus mengetahui seperti apakah pendidikan saat ini, untuk bekal saya nanti, saat keturunan saya memasuki usia sekolah, saya tidak boleh terlalu buta dengan apa saja yang terjadi dengan dunia pendidikan di negara kita ini.
Maka akhirnya saya coba membuka situs Kemdikbud untuk mencari tau tentang dunia pendidikan saat ini.
Kurikulum 2013
Judul ini yang saya dapatkan pertama kali ketika membuka halaman Kemdikbud, kurikulum 2013, seperti apakah? Saya sendiri sudah lupa sama sekali kurikulum berapakah yang saya gunakan dahulu. Apakah sistemnya masih sama dengan yang dahulu?
Penyederhanaan, Tematik-Integratif
Ternyata inilah metode yang diusung oleh kurikulum 2013, sebuah metode yang direncanakan membuat para siswa menjadi lebih aktif, dalam pengertian proses belajar mengajar tidak lagi seperti dahulu, di mana guru menjelaskan, siswa mendengarkan, lalu mengerjakan tugas atas apa yang telah dijelaskan oleh guru. Sebagai orang yang tidak ahli dalam dunia pendidikan, hal yang saya tangkap usai membaca penjelasan metode ini sangatlah menarik, sistem belajar tidak lagi satu arah, guru bertindak sebagai pembimbing, dan para murid akan mendiskusikan apa yang telah mereka dengar dari guru, lalu menarik kesimpulan bersama-sama, cara yang saya rasa akan meningkatkan kreatifitas murid itu sendiri. Hal yang tidak saya dapatkan pada masa sekolah saya dulu.
Sungguh, saya membayangakan diri saya sedang menjalani kurikulum ini, betapa asyiknya belajar seperti ini, bukan didikte, melainkan diajak berdiskusi tentang apa yang kita pelajari, sebelum akhirnya menyimpulkan bersama-sama. Tentu saja ini bisa meningkatkan kepahaman murid atas pelajaran yang ada, sebab mereka ikut menjabarkan apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari.
Bisa saya bayangkan betapa aktifnya kegiatan di kelas, bukan ramai atau berisik karena obrolan tak menentu, melainkan berisi obrolan-obrolan tentang apa yang mereka pelajari saat itu. Yang mana menurut hemat saya, metode tersebut bisa menjadi bekal yang sangat cukup bagi murid untuk menghadapi ujian nasional nantinya. Mengingat betapa ujian nasional saat ini seakan jadi momok menakutkan bagi setiap siswa yang akan menghadapinya.
Namun hal ini berisiko tinggi juga, apabila tenaga pegajar tak mampu menjadi penyeimbang dan pengawas yang baik, bukan tidak mungkin murid-murid akan melampaui batas seharusnya, misalkan, menjadi kurang menghargai gurunya, yang bisa jadi akan mempengaruhi sikap mereka di luar jam sekolah. Tapi saya yakin, Kemdikbud telah mengantisipasi setiap risiko yang bisa muncul dalam penerapan metode ini, dengan menyediakan tenaga pengajar yang profesional dan mumpuni untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, serta demi tercapainya tujuan dari penggunaan metode ini dalam kurikulum 2013.
Hampir saya menyayangkan kenapa metode ini tidak digunakan sejak dahulu, tapi saya pikir masuk akal memang bila metode ini dipergunakan pada saat ini, mengingat bagaimana anak-anak usia sekolah masa kini begitu mudahnya mendapat informasi tentang apa pun melalui media internet. Bisa dibayangkan apabila metode ini dipergunakan sejak dulu, mungkin para murid hanya bisa tersenyum diam ketika guru menanyakan pendapat untuk kemudian didiskusikan bersama sebab tak banyak informasi apa pun yang bisa diperoleh saat itu selain lewat guru/sekolah, serta media televisi, atau radio.
Semoga metode pembelajaran kurikulum 2013 ini mampu membawa generasi muda sejak dini berjalan ke arah yang lebih baik, ralat, bukan semoga, tapi harus. Ya, generasi muda saat ini harus lebih baik dari yang ada saat ini, demi kemajuan negara kita sendiri, dan saya harap keturunan saya kelak termasuk ke dalam generasi yang baik tersebut.
*catatan: gambar di atas saya pinjam dari sini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI