Mohon tunggu...
senopati pamungkas
senopati pamungkas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hubbul Wathan Minal Iman

"Bila akhirnya engkau tak bersama orang yang selalu kau sebut dalam do'amu, barangkali engkau akan bersama orang yang selalu menyebut namamu dalam do'anya."

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kejawen: Sinkretisasi Ajaran Kebijaksanaan

13 September 2024   08:38 Diperbarui: 13 September 2024   08:42 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi: detik.com

Dalam Kejawen, laku atau tirakat merupakan proses pengendalian diri dan pemurnian batin melalui berbagai latihan spiritual, seperti puasa, meditasi, atau tapa brata. Tujuannya adalah untuk membersihkan jiwa dari keinginan duniawi dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Latihan-latihan ini sering kali dijalani dalam diam, jauh dari keramaian dunia, karena Kejawen menekankan pentingnya refleksi dan kontemplasi batin.

Rasa sejati adalah kemampuan seseorang untuk merasakan kebenaran dan keindahan yang mendalam di balik fenomena dunia. Ini adalah kebijaksanaan yang muncul dari dalam diri, yang tidak dapat dipelajari hanya dari buku atau guru, tetapi harus dialami melalui laku hidup yang penuh kesadaran. Dalam Kejawen, seseorang harus belajar mendengarkan rasa sejati ini untuk mencapai kehidupan yang harmonis dan bermakna.

Selain ajaran filosofis, Kejawen juga mencakup berbagai ritual dan praktik yang mencerminkan pandangan hidup masyarakat Jawa. Salah satu ritual yang terkenal adalah slametan, sebuah upacara syukuran yang diadakan pada berbagai kesempatan, seperti kelahiran, kematian, pernikahan, dan pindah rumah. Slametan merupakan wujud dari keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan, di mana makanan yang disajikan sebagai sesaji merupakan simbol dari doa dan harapan baik.

Ritual lain yang penting dalam Kejawen adalah ruwatan, yaitu upacara untuk membersihkan diri dari kesialan atau pengaruh buruk. Ruwatan biasanya diadakan untuk seseorang yang dianggap mengalami nasib sial atau berada dalam kondisi yang tidak baik. Upacara ini sering melibatkan pementasan wayang kulit, di mana cerita-cerita pewayangan yang sarat dengan pesan moral dan spiritual dipentaskan sebagai bagian dari proses penyucian.

Meskipun zaman telah berubah dan modernisasi telah merambah ke berbagai aspek kehidupan masyarakat, Kejawen tetap bertahan sebagai salah satu unsur penting dalam kehidupan spiritual orang Jawa. Bahkan di era globalisasi, ajaran Kejawen masih terus dipraktikkan, terutama di kalangan masyarakat pedesaan. Di sisi lain, di kota-kota besar, ajaran Kejawen juga mulai menemukan relevansinya dalam gerakan spiritual kontemporer yang menekankan pada keseimbangan, kesederhanaan, dan kebijaksanaan hidup.

Namun, Kejawen juga menghadapi tantangan dari arus modernitas dan pengaruh agama-agama yang lebih dogmatis. Beberapa orang menganggap Kejawen sebagai kepercayaan yang sudah ketinggalan zaman atau bahkan bertentangan dengan agama formal. Meski demikian, Kejawen tetap hidup dan berkembang sebagai bagian dari kekayaan budaya dan spiritual Jawa.

Kejawen adalah sebuah cerminan dari kebijaksanaan lokal yang berkembang melalui proses sinkretisasi berbagai ajaran besar dunia. Ia mengajarkan tentang keseimbangan, kebijaksanaan, dan harmoni dalam hidup, sambil tetap membuka diri terhadap pengaruh luar tanpa kehilangan jati dirinya. Di tengah dunia yang semakin kompleks, ajaran Kejawen memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya mencapai keseimbangan dalam hidup, menjaga hubungan dengan Tuhan, dan menghormati alam serta sesama manusia.

Sebagai sebuah tradisi yang hidup, Kejawen terus relevan dan memberikan panduan bagi mereka yang mencari kebijaksanaan dan harmoni di tengah perubahan zaman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun