Komunikasi (dengan berbagai medianya) adalah satu pilar penyangga agenda besar globalisme. Tentu agenda besar globalisasi disokong oleh ideologi modernisme yang lahir setelah abad 16 M hingga saat ini.Â
Di dalam kehidupan masyarakat dunia yang serba modern saat ini, media sosial menjadi bagian sangat penting sebagai alat komunikasi antar individu baik dalam bentuk verbal maupun non-verbal.
Namun, harus tetap diingat dan disadari bahwa media sosial tetap mempunyai dua ekses sekaligus: positif dan negatif, sama halnya dengan globalisme yang mempunyai dua dampak yang sama.
Salah satu dampak negatif dari media sosial dalam kajian komunikasi global adalah hilangnya budaya lokal (local wisdom) yang tadinya hanya turun temurun mampu sampai di seluruh penjuru dunia tanpa terkecuali Indonesia. Artinya budaya bisa dibentuk dengan bantuan komunikasi yang didukung oleh teknologi.
Konsekwensi logisnya adalah budaya lokal terancam semakin menurun esensinya. Jika menurut teoritis terkemuka seperti Joshua Meyrowitz (1985) dan Robert McChesney (2004) benar, kita kini sedang kehilangan sentuhan dengan budaya-budaya berbasis lokal dan sedang bergerak ke dalam lingkungan budaya global yang sepenuhnya berbasis media.
Sementara itu, masyarakat massa dalam teori budaya Danesi, (2009 : 189), adalah suatu masyarakat terdiri dari sejumlah besar orang yang sangat mudah dipengaruhi oleh media massa dan birokrasi pemerintah.
 Satu contoh yang menggambarkan hal ini dapat ditemukan dalam novel karya George Orwell yang berjudul 1984 pada tahun 1949. Teori masyarakat massa pertama kali muncul pada akhir abad ke-19 dan menitik beratkan pada adanya hubungan timbal balik antar institusi yang memegang kekuasaan dan integrasi media terhadap sumber kekuasaan sosial dan otoritas.Â
Isi media cenderung melayani kepentingan pemegang kekuasaan politik dan ekonomi. Media juga memiliki kecenderungan untuk membantu publik bebas dalam menerima keberadaannya sebagaimana adanya.
Menurut Stanley J. Baran dan Dennis K. Davis (2012 : 55) asumsi dasar teori masyarakat massa terkait dengan individu, peran media, dan sifat perubahan sosial adalah sebagai berikut:
1. Media memiliki kekuatan memaksa dalam masyarakat yang dapat menumbangkan norma-norma dan nilai-nilai hingga merusak tatanan sosial. Untuk mengatasi bentuk ancaman ini media harus berada di bawah kontrol elit;