September 5, 2010 at 2:33am ·
sebuah pertanyaan yang kerap dilontarkan pada para sketcher tentang dari mana dia dapatkan semua kemampuan mensketsa-objek-langsung itu:)
Tentu tidaklah berlebihan bila dikatakan kemampuan sketsa seseorang ditentukan bakatnya, dalam hal ini dipengaruhi genetik, yang artinya kalau bapak bisa nggambar anaknya kemungkinan besar bisa. Namun sangat berlebihan jika dikatakan bahwa hak mensketsa adalah milik orang berbakat yang tidak dapat dipelajari sama sekali. Kebanyakan dari kaum kami (percayalah) sangat berjuang keras melatih dari yg tidak ada menjadi kemampuan yg cukup baik. beberapa (utamanya saya) berlatih cukup lama, mulai dari sekedar gambar pemandangan klasik (gunung, rumah, matahari, rumput2) pada masa Sekolah Dasar; gambar mobil (karena tertarik dengan dunia Ayah yg memulai karirnya di direktorat peralatan) pada masa SMP, sempat vakum pada masa SMA; masuk teknik Arsitektur setahun (di sini saya mendapatkan pendidikan formal teknik mensketsa) di 1996 sebelum masuk fak. kedokteran, menemukan buku sketsa di tahun 2001, lalu aktif mensketsa antara 2001-2003; kemudian vakum hingga pertengahan 2010 sampai menemukan komunitas sketcher di facebook yang tergabung dalam Indonesia's Sketcher..
Bisa dilihat, ini periode berlatih yg cukup panjang untuk orang berbakat? hahaha, orang berbakat tidak selama itu untuk menguasai satu keahlian. Dunia sketsa dunia yang unik_kalau masih ada yang berjuang agar gambarnya mirip aslinya saya cuma bisa bilang anda membuang-buang waktu saja. Justru keindahan sketsa ada pada "ketidakmiripannya", bergantung pada kemampuan sketcher menangkap elemen penting yang mengesankan objek tersebut, tidak mesti 100%. Silahkan dicermati berbagai karya sketcher dunia di Urban Sketcher (http://www.urbansketchers.com/) kebanyakan dari mereka tidak perduli akan detail..mencari bentuk dasar utama dari suatu objek lalu diakhiri dengan detail atau tidak. Detail objek tidaklah penting meski hal ini akan memperindah objek. namun bila kita fokus pada detail dengan melupakan bentuk dasar maka yang terjadi audiens anda akan kesulitan menangkap kesan yang anda maksud. Contoh yg paling menyenangkan untuk mengesampingkan detail 100% adalah karya-karya francis d.k. ching (silahkan di-search di FB).
Selamat mencoba_
regards
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H