Menurut KBBI guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dalam bahasa Sanskerta guru berasal dari Gu dan Ru. Gu artinya kegelapan dan Ru artinya cahaya. Â Ketika digabungkan maka guru adalah orang yang mampu membawa cahaya dalam kegelapan. Kedua arti guru tersebut menunjukkan sebuah aktivitas yang berarti membawa orang menuju kebaikan. Kebaikan pasti mengarah pada sesuatu hal yang positif. Positif bisa berarti adri yang belum bisa menjadi bisa, atau dari yang kurang menjadi lebih baik. Inilah tujuan ideal yang akan dicapai oleh sebuah profesi yang disebut guru.
Guru menurut UU no 14 Tahun 2005 adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Sederet tugas utama itulah yang ada dalam pedagogik yaitu ilmu yang membahas pendidikan. Ilmu pedagogik inilah yang didapatkan oleh calon guru ketika di perguruan tinggi (dulu Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) sekarang berubah menjadi di universitas. Pedagogik adalah ilmu yang sangat khas atau spesifik. Kekhasan pedagogik yaitu bukan hanya mengajar yang berupa mentransfer ilmu tetapi juga mengembangkan kepribadian peserta didik secara terpadu dan sertai dengan keteladanan.Â
Maka sebagai guru tidak hanya bisa mengajar namun juga memberi contoh atau teladan yang baik misalnya dalam berbicara, berperilaku, dan lain-lain. Keteladanan guru tidak hanya di sekolah tetapi juga di luar sekolah. Ketika mendengar atau mengetahui bahwa orang itu guru maka secara moral dipersepsikan sebagai orang yang baik. Persepsi ini sebuah kewajaran karena setiap orang pasti pernah sekolah dan disekolah itulah berinteraksi dari guru mulai tingkat pendidikan usia dini sampai sekolah menengah. Dan guru yang dijumpai di sekolah paling tidak selama 14 tahun di semua jenjang pendidikan, pasti memberi teladan yang baik.
Ketika berdiri di kelas, maka guru harus tampil sepenuh hati dihadapan peserta didik. Di kelas memberikan materi ilmu pengetahuan dengan pendekatan spesifik sesuai dengan pelajaran yang diampu. Disinilah guru harus bisa menggunakan pendekatan yang sesuai dengan karakteristik pelajaran atau materi tertentu. Pendekatan ini sangat penting untuk bisa mentransfer materi secara menarik, sistematis dan menyesuaikan dengan tingkatan pendidikan tertentu. Materi bisa sama tapi ketika disampaikan pada tingkat pendidikan yang berbeda maka pendekatan yang digunakan juga berbeda. Metode apapun yang digunakan misalnya diskusi, kerja kelompok dan lain-lain, peran guru tetap yang utama. Karena apapun metodenya, guru tetap menjadi tumpuan peserta didik untyuk bisa memahami ilmu pengetahuan.Â
Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dimanapun termasuk di media sosial seperti di era saat ini. Tapi media sosial yang menjelaskan tentang ilmu pengetahuan hanya sebatas pada konten. Sementara pendidikan di sekolah yang diberikan bukan hanya konten atau materi saja namun juga tentang keteladanan, etika, sopan santun dan norma lainnya.Â
Setiap ilmu pengetahuan pasti memiliki muatan humanisme karena tujuannya untuk kesejahteraan umat manusia. Muatan nilai-nilai inilah yang hanya bisa diberikan oleh guru secara langsung melalui contoh konkrit. Keluarnya UU Â tentang Informasi dan Transaksi Elektronik semakin menegaskan bahwa media sosial hanya berisi konten. Sedangkan bagaimana bermedia sosial yang baik seperti etika, sopan santun dalam berkomentar hanya bisa dilakukan melalui pendidikan salah satunya sekolah.
Guru juga harus memperhatikan peserta didik dari sisi pribadi. Karena bagaimanapun materinya, yang akan mengolah ilmu pengetahuan dan nantinya menggunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah peserta didik. Peserta didik datang ke sekolah dengan segala problematika hidup yang dialami di rumah. Guru menggunakan pendekatan psikologi untuk bisa memahami peserta didik yang terkadang agak lama memahami materi atau tingkah lakunya berbeda dengan yang lain. Hal ini perlu dilakukan guru agar dalam mengambil keputusan terhadap perkembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik termasuk perilaku di sekolah bisa tepat.Â
Peserta didik di sekolah akan mencerminkan sebagian bagaimana ketika di rumah. Posisi peserta didik di rumah tentu lebih lama dibandingkan di sekolah. Karena lebih lama di rumah maka pengaruhnya juga cukup besar bagi peserta didik. Â Penulis punya pengalaman ketika ada peserta didik sering tidak masuk. Setelah ditelusuri ternyata ada konflik dalam rumah yaitu dari kedua orang tuanya.Â
Kedua orang tua berselisih sehingga saling memperebutkan anak. Anak atau peserta didik beberapa kali dibawa bapaknya tanpa sepengetahuan ibunya, keluar kota bahkan sampai Ujungpandang (Makassar). Berdasarkan jumlah ketidakhadiran sebenarnya sudah melebihi ketentuan sehingga menurut aturan tidak boleh mengikuti ulangan semester.Â
Kalau hanya menggunakan pendekatan aturan atau tata tertib, maka peserta didik itu tidak naik kelas. Tapi ketika menggunakan pendekatan sosial dalam hal ini keluarga bahwa anak itu adalah korban konflik dan tidak berdaya menghadapi perselisihan orang tua maka dalam rapat guru sepakat peserta didik tersebut tetap boleh mengikuti ulangan semester. Pendekatan sosial menegaskan bahwa jangan sampai ada sanksi yang menyebabkan peserta didik menjadi korban dua kali yaitu korban perselisihan orang tua dan korban tegaknya peraturan sekolah. Sekolah tidak mungkin masuk ke ranah keluarga sehingga yang bisa dilakukan adalah menyelamatkan kelangsungan pendidikan anak meskipun harus menabrak aturan ketidakhadiran.
Berbagai pendekatan yang dilakukan guru pada intinya adalah bertujuan agar proses transfer ilmu (mata pelajaran) dan keteladanan  kepada peserta didik dapat berlangsung maksimal. Ilmu memang penting karena tuntutan kurikulum dan perkembangan zaman. Namun yang juga penting adalah karakter peserta didik yang akan dibentuk oleh pendidikan melalui contoh konkret keteladanan, sopan santun, etika, kejujuran, kerjasama, kepedulian dan lain-lain. Di sinilah guru harus menggunakan berbagai pendekatan agar ilmu dan karakter dapat seimbang.