Kalau kita melihat teks roma 8:1-17, maka dalam ayat yang kedua secara jelas dikatakan bahwa kita telah dimerdekakan oleh Kristus dari hukum dosa dan hukum maut. Wah ini hal yang penuh sukacita, karena kita merdeka atau bebas dari dosa dan juga maut. Senang luar biasa
Karena kita tahu Alkitab mengatakan kepada kita, bahwa kita semua telah terikat oleh dosa, bahkan kecenderungan hati kita selalu membuahkan kejahatan semata-mata (Kej 6:5). Roma pasal 3 pun mengatakan hal yang sama "dibawah kuasa dosa maka tidak ada seorangpun yang benar, tidak ada seorangpun yang mencari Allah, kita semua telah menyeleweng, tidak berguna, tidak ada yang berbuat baik, seorangpun tidak.
Itu menunjukan  kita terikat oleh dosa, karena segala sesuatu yang kita lakukanpun berbuahkan dosa, dan kita tahu upah dosa adalah maut, berarti kita semua akan menuju kematian kekal atau neraka.  Hancur sudah. Maka kalau Kristus membebaskan kita itu hanya anugrah karena hukum tauratpun tidak bisa membebaskan kita seperti yang dikatakan dalam teks ini.
Ayat 3. Apa yang tidak mungkin dilakukan hukum taurat (kebebasan dari dosa) karena tidak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Jadi walaupun hukum taurat menginginkan kita mengasihi Allah, tidak  mencuri, tidak mengigini tetapi  daging kita tidak bisa taat, daging kita pingin melakukannya, maka dikatakan kita tidak berdaya oleh daging, sehingga kita tidak bisa merdeka dari dosa, karena selalu tunduk pada keiginan daging.
Oleh karena itu syukur kepada Allah yang mau mebebasakan kita melalui Kristus dan memberikan Roh Kudus kepada kita untuk  hidup menurut keinginan Roh bukan lagi keinginan daging. Karena orang yang hidup menurut keinginan daging tidak akan membawa kepada damai sejahtera tetapi kepada maut (ay 6), dan itu terbukti.
Orang yang hidup hanya untuk harta bukan membawa kepada damai sejahtera tetapi keingianan yang tidak pernah puas. Dia sudah punya gaji yang tinggipun, pingin gaji yang lebih tinggi lagi, bahkan hak orangpun diambil tanpa ada rasa bersalah. Tidak ada damai sejahtera
Dia sudah punya beberapa bidang tanah, tapi kalau ada tanah yang murah maka diambilnya, tidak berikan kesempataan pada orang yang membutuhkan dengan alasan  sebagai aset, aset apa sudah punya bank aset, tetapi menunjukan keserakahan yang tidak pernah puas. Tidak ada damai sejahtera.
Tetapi kebalikan dengan orang yang hidup  menurut keinginan Roh maka  selalu ada damai sejahtera. Teman saya di kota bandung pada waktu sharing, dia katakan senny, saat ini saya belum punya rumah  (usianya mungkin 60 th) tetapi dia katakan saya tidak kuatir kalau memang tidak diberikan kesempatan untuk itu, bahkan  suatu waktu dia bicara dengan  istrinya wah minggu depan kita tidak punya uang lagi, eh ternyata dua minggu setelah itu ada saudaranya membeli tiket untuk mereka pergi libur ke Amerika bahkan naik mobil mewah, dia katakan ajaib.
Jadi mungkin  Tuhan tidak memberikan kesempatan dia punya rumah tetapi dia yakin uang kontrakannya pasti Tuhan sediakan, ada damai sejahtera.
Bahkan orang yang hidup menurut keinginan Roh, disalahkan dan masuk penjara tetap bisa hidup damai sejahtera, Yusuf hidup damai sejahtera, BTP hidup damai sejahtera, bahkan sudah bisa bebas bersyarat tidak mau, menunggu samapai bebas murni, luar biasa. Jadi bisa menikmati kondisi penjara dengan damai sejahtera karena mereka tahu segala sesuatu diijinkan Tuhan, termasuk hal-hal yang tidak menyenangkan.