Tetapi Tuhan juga tahu bahwa kita sulit untuk terus melangkah dalam situasi tersebut maka terkadang ia memberikan Firman-Nya atau tanda-tanda tertentu untuk menunjukan bahwa Ia selalu bersama dengan kita dan inilah yang di alami oleh Gideon.
Walaupun Tuhan sudah mengatakan bahwa dengan 300 orang maka Ia akan menyerahkan orang Midian kepada Gideon pasukannya tetapi tentu ada rasa takut / ciut dalam hati Gideon dan Tuhan sangat memahami hal itu.
Apalagi pasukannya ini terdiri dari orang yang tidak terlatih dan berpengalaman dalam perang, wah semakin sulit untuk tidak takut.
Maka Tuhan katakan kepada Gideon tetapi jika engkau takut untuk menyerbu, turunlah bersama dengan Pura, bujangmu, ke perkemahan itu; maka kaudengarlah apa yang mereka katakan.
Ternyata ada yang bermimpi bahwa sekeping roti jelai terguling masuk ke perkemahan mereka (orang Midian); dan merobohkan kemah itu." Â Dan temannya langsung menafsirkan mimpi itu dengan berkata : itu adalah pedang Gideon bin Yoas, Â karena Allah telah menyerahkan orang Midian ke dalam tangannya.
Berarti ini adalah suatu konfirmasi untuk memperkuat iman dan memberikan semangat kepada Gideon bahwa Tuhan akan menolong dia walaupun pasukannya sangat sedikit dan tidak terlatih.
Dan inilah kebaikan Tuhan kepada kita. Walaupun  kita percaya pada janji Tuhan tetapi dalam perjalanan waktu terkadang kita kembali ragu, kuatir maka Tuhan selalu memberikan konfirmasi atau tanda-tanda tertentu agar kita terus yakin bahwa Tuhan akan selalu menolong kita.
Oleh karena itu pada waktu menghadapi kondisi-kondisi sulit teruslah bersandar pada Tuhan, maka pada waktu kita terus bersandar pada Tuhan maka Tuhan akan memberikan konfirmasi-konfirmasi tertentu entah melalui FirmanNya, atau melalui hal-hal lain yang menguatkan kita untuk terus melangkah seperti apa yang Tuhan mau.
Saya adalah orang yang dari dulu tidak mau menjadi hamba Tuhan, pada waktu saya selesai kuliah saya hanya ingin memberikan perpuluhan waktu saya selama 3 tahun untuk melayani Tuhan secara full sebagai staf PERKANTAS, tetapi lama-kelamaan panggilan Tuhan itu semakin jelas untuk menjadi full time sebagai hamba Tuhan dalam konteks staf PERKANTAS.
Saya tidak mau, saya mengabaikan semua itu, saya ingin kerja lain tetapi tidak terbuka jalannya, dan membuat semakin sulit  senior saya menantang dengan keras untuk saya cepat mengambil keputusan studi teologia.  Saya terus berdoa karena saya takut akan masa depan dalam pelayanan PERKANTAS.
Saat itu Pelayanan PERKANTAS belum terlalu lama, dan saya adalah staf kedua, lalu bagaimana masa depan saya di PERKANTAS, kalau saya menikah apakah anak saya bisa sejahtera dalam banyak hal. Saya sangat takut. Â