Pendahuluan
Allah begitu banyak memberikan kasih karunia /anugrah kepada kita, dan kasih karunia itu adalah sesuatu yang tidak layak kita terima tetapi diberikan Allah. Kasih karunia itu diberikan bukan tergantung pada manusia (bukan karena dia pekerja keras, kaya dan pintar) tetapi tergantung pada kemurahan hati Allah diberikan kepada siapa yang Dia inginkan. Dalam Yoh 1:1-14 juga menjelaskan beberapa kasih karunia yang Allah berikan kepada orang-orang tertentu, antara lain :Â
Yesus Memberi Hidup Yang Sesungguhnya (1-5)
Dalam ay 4 ada sebuah kalimat yang menarik, yang di alamatkan kepada Yesus Kristus  : Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.  Jelas kalimat ini tidak bisa di ucapkan oleh manusia seluhur or semulia apapun, walaupun ia adalah Prof, DR kitab suci & tidak pernah buat dosa, tidak bisa mengatakan kalimat seperti ini, karena pasti tidak akan terbukti.
Karena kalau dilihat dari pada konteksnya maka kata "hidup" yang dimaksud di situ adalah subyek yang bisa menghidupi manusia secara rohani : Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Berarti subyek/Kristus itulah yang bisa memberi kehidupan atau menerangi manusia. Jika manusia tanpa subyek/Kristus maka ia dalam kondisi mati/ gelap.
Tetapi karena ia memiliki Kritus maka dari mati menjadi hidup, dari gelap menjadi terang dan hal ini akan terus berlaku sampai kehidupan yang kekal..... karena dikatakan dalam ay selanjutnya "kegelapan tidak bisa menguasainya". Kalau kegelapan tidak bisa menguasai kita, maka kita akan hidup selamanya. Inilah hidup yang sesungguhnya.
Kalau kita semua anak Tuhan punya konsep seperti ini bahwa hanya di dalam Tuhanlah ada hidup yang sesungguhnya maka kita tidak terjebak dan terfokus dalam konstelasi hidup yang bersifat semantara. Karena kalau kita tidak melihat pada hidup yang sesungguhnya maka kita hanya akan melihat pada hidup yang sementara.Â
Hidup untuk bisa makan dan minum, hidup untuk kebanggaan dan popularitas diri, hidup hanya untuk keluarga, akhirnya kita yang menjadi tuan atas hidup ini bukan lagi Tuhan yang menjadi tuan. Maka wajar hati kita akan aman dan tentram jika punya banyak tabungan, punya asuransi, punya kedudukan, punya keluarga yang baik dan sehat. Tetapi kalau hanya bersandar pada hal-hal yang sementara, hati tidak akan aman.
Baca juga: Gelar, Lambang dan Karunia Roh Kudus dalam Gereja
Karena semua di dunia bisa berubah yang tidak bisa berubah hanya Kristus, maka bersandar pada Kritsus akan aman.
Ini mungkin sama seperti yang di alami istrinya Ayub : hatinya aman, tentram pada waktu hartanya masih banyak, pada waktu semakin kaya. Mungkin pada waktu Ayub datang menyembah kepada Tuhan dia pun ikut serta, tetapi dia hanya melakukan aktivitas rohani, tetapi hatinya  tidak melekat pada Tuhan. Sehingga pada waktu kondisi dunia berubah menunjukkan siapa sebenarnya istri Ayub,ternyata  hati dia melekat pada dunia ini, tidak melekat pada Tuhan
Pada waktu hati kita melekat pada Tuhan  (sudah aman) baru kita bisa mempraktekan hidup yang sesungguhnya. Maka semua yang bersifat sementara ini juga akan terfokus pada hidup yang sesungguhnya. Kita bisa makan dan minum agar bisa melayani Tuhan dengan baik, kita punya kedudukan yang tinggi agar bisa memuliakan Tuhan dalam skop yang lebih besar lagi, kita punya banyak uang/tabungan bukan hanya untuk menata hidup tetapi juga untuk menjadi berkat bagi banyak orang, keluarga kita aman dan tentram agar kita bisa melayani Tuhan dengan baik. Jadi kita melakukan semuanya ini dengan focus pada hidup yang sesungguhnya.
Ini sama seperti yang dilakukan oleh Rasul Paulus, Dia mengatakan bagiku hidup adalah untuk Kritsus berarti hidupnya terfokus pada Kristus. Dia membuat tenda bukan untuk bisa makan minum saja tetapi untuk diberikan kekuatan untuk melayani Tuhan, karena tidak ingin membebani jemaat.
Selama hati kita tidak aman, karena bersandar pada dunia ini maka kita akan sulit mempraktekan hidup yang sesungguhnya, termasuk dalam melayani Tuhan. Mungkin sepertinya kita  melayani tetapi sebenarnya kita tidak melayani Tuhan, karena kalau manusia melayani berfokus pada dirinya pasti bersifat temporal. Â
Kalau sudah bersifat temporal berarti kita juga pingin dilayani. Berarti kita ini bukan "hamba" tetapi "setara" dengan Tuhan. Yang namanya hamba sampai kapanpun tugasnya terus melayani bukan hanya melayani yang bersifat sesaat (temporal). Mengapa bisa terjadi ? karena hati kita tidak melekat pada Tuhan. Sehingga wajar kalau saat ini orang melayani hanya untuk mengisi waktu, mencari kesibukan lain, untuk actualisasi diri, untuk mencari popularitas yang semuanya berfokus kepada diri.
Ini sama seperti pernyataan Tuhan Yesus dalam Mat 7:22-23 : "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Ini orang-orang yang melayani dengan begitu luar biasa, setan takut, mukjizat terjadi, banyak orang yang sembuh tetapi Tuhan mengatakan mereka pembuat kejahatan. Mengapa ? karena semua yang mereka lakukan hanya untuk dirinya, popularitas dirinya.
Persembahanpun sama. Jikalau kita tidak berfokus pada Tuhan maka kitapun sulit memberikan persembahan yang besar, paling top sepuluh persen karena itu perintah Tuhan. Kita akan mengatur keuangan dengan baik agar semuanya terpenuhi. Kita tidak berani mengambil langkah iman karena focus kepada diri, tetapi kalau focus untuk Tuhan, berbuat untuk Tuhan berarti bisa mengambil langkah iman.
Jadi Tuhan Yesus datang supaya hidup kita aman, sehingga kita bisa memperaktekan hidup yang sesungguhnya. Dan itu hanya kepada orang-orang tertentu yang menerimanya bukan kepada semua orang.
Kita di berikan Kuasa menjadi Saksi
Dalam ay 6-8 di katakan : Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. 8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu.
John Pembaptis dengan begitu jujur menyatakan  dirinya  bukan "Terang" itu tetapi hanya menjadi saksi bagi "Terang" itu. Saksi berarti memberikan pernyataan apa yang dia lihat (Konteks: dia tahu) dengan jujur. Sepertinya sangat sederhana, tapi kalau kita melihat dunia dimana John pembaptis bersaksi adalah dunia yang mayoritas tidak mau menerima Kristus.  Ay 10-11 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya.
Dalam ay 10 itu menunjukan pada konteks yang lebih umum dunia tidak mengakui Yesus tetapi ay 11 "Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya. Itu di tunjukan kepada orang-orang Yahudi dimana Yohanes dan Tuhan Yesus tinggal. Dalam kondisi seperti ini, John menerangkan tentang Yesus, maka John bisa saja putus asa kalau dia melihat pada dunia. Kalau saya  mengajar  mayoritas mahasiswa tidak memperhatikan, semangat saya berkurang dan konsentrasi bisa tidak terfokus. Itu hal yang sangat kecil
Tetapi John pembaptis sangat luar biasa, dia sudah tahu bahwa dunia tidak mau menerima Yesus, orang-orang kepunyaan-Nya  menolak Yesus . Dia sudah tahu karena dia yang menyatakan hal ini, tetapi dia tetap menyatakan "siapa Yesus". Kalau ada pengusaha seperti ini, yang dia sudah tahu keuntungannya hanya "capai" tetapi terus investasi maka dia adalah pengusaha yang kurang waras. Orang rugi bukan karena dia ingin invenstasi untuk rugi, tidak pernah ada seperti itu tetapi ini sudah tahu rugi, hanya untung "capai" tetapi tetap berinvestasi (menyatakan siapa Yesus), luar biasa.
Dengan kata lain John Pembaptis ingin mengatakan tugas saya adalah bersaksi tentang siapa Yesus dan itu bukan tergantung kondisi orang tetapi tergantung pada tugas yang Tuhan berikan kepada saya. Kalau tergantung pada kondisi orang saya tidak akan pergi tetapi karena itu tugas dari Tuhan, saya akan menjalankannya.
Kadang-kadang pelayanan itu kacau karena kita lebih percaya pada teori-teori sekuler dari pada pimpinan Tuhan. Yang namanya pelayanan berhasil kalau ada orang bertobat, itu teori pemasaran produk bukan teori Alkitab. Yang namanya  berhasil adalah setia mengerjakan maunya Tuhan bukan ada orang bertobat, sehingga walaupun kita menempatkan suatu staf di suatu daerah  walaupun tidak banyak orang yang bertobat bukan berarti staf itu tidak berhasil, bukan berarti dia gagal tetapi yang kita evaluasi, setia or tidak diladangnya Tuhan.
Baca juga: Ketergantungan Mutlak pada Kasih Karunia Allah, Minggu PraPaskah 5, 2021, 21 Maret
Inipun juga yang dialami Tuhan Yesus dalam Lukas pasal 4. Dimana dalam  dalam ay 16-18 dikatakan :
Ia datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan, dan menurut kebiasaan-Nya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat, lalu berdiri hendak membaca dari Alkitab. 17 Kepada-Nya diberikan kitab nabi Yesaya dan setelah dibuka-Nya, Ia menemukan nas, di mana ada tertulis: 18 "Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku...
Tetapi apa yang terjadi ternyata dalam ay 29-30 dikatakan : Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. 30 Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.
Kalau kita bertanya : Apakah Tuhan Yesus sudah tahu bahwa Dia akan di tolak di Nazareth, tentu sudah tahu, tetapi ia tetap mengajar di rumah ibadah tentang diri-Nya. Â Jadi disini kita melihat bukan berarti Tuhan Yesus gagal tetapi Dia hanya mengerjarkan apa yang bapa mau yaitu menyatakan tentang siapa diri-Nya di Nazareth.
Perlu diingat kita semua adalah saksi , bukan hanya pendeta dan majelis tetapi kita semua saksi di setiap bidang, maka yang menjadi pertanyaannya : Apakah kita sudah menjalankan tugas yang Tuhan mau dalam hidup kita, baik dalam pelayanan, pekerjaan maupun keluarga sehingga kita bisa menjadi saksi yang baik atau mungkin selama ini kita terjebak dalam teori sekuler .Â
Kita berhasil kalau punya pekerjaan yang baik, punya jabatan yang tinggi, berhasil kalau bisa melayani sebagai majelis, berhasil kalau anak-anak kita semua punya karakter yang baik, tidak mencuri, tidak menikah karena kecelakaan, dsb. Kalau kita pakai standar tersebut berarti orang yang paling gagal selain john pembaptis adalah Yesus Kristus.
Ia bukan orang farisi, komunitas yang sangat terhormat pada saat itu, ia hanya membina 12 murid tetapi visinya seluruh dunia, ini gila. Dari 12 murid dua orang sangat gagal yang satu menjulal Dia, yang satu meyangkal dia sampai tiga kali, yang lain gagal juga karena pada waktu Dia di salib dan minta dukungan murid-muridnya tidak satu orangpun bersama Dia kecuali Yohanes. Tetapi Yesus kristus adalah orang yang paling berhasil, Dia adalah saksi yang sukses karena setia pada maunya Tuhan.
Dia juga punya keluarga yang hancur-hancuran, saudara-saudaranya mengusir dia dari Nazaret tetapi yang membuat dia berhasil bukan karena kondisi yang ada tetapi karena setia dan bertanggung jawab mengerjakan apa maunya Tuhan (salah kaprah)
Oleh karena itu carilah waktu untuk berefleksi, pikirkan apa maunya Tuhan dalam hidup saya, dalam pelayanan, pekerjaan, keluarga dan sudahkah saya setia dan bertanggung jawab pada apa maunya Tuhan. Sudahkah saya menjadi saksi yang baik dalam bidang-bidang tersebut  sesuai dengan apa maunya Tuhan.
Diberikan kuasa menjadi Anak-anak Allah
Ini merupakan salah satu karunia terbesar, karena kita tidak perlu mengeluarkan  keringat, tidak perlu kerja keras hanya percaya maka di berikan kuasa menjadi anak-anak Allah. Suatu ucapan syukur yang tidak ada bandingnya.  Tetapi sebenarnya juga merupakan suatu kegentaran yang luar biasa.
Di berikan kuasa menjadi anak Allah (bahagia) Tetapi kalau anak Allah berarti harus bertindak sesuai dengan apa yang Allah mau (gentar), karena  siapa yang sanggup ? Saya ingat waktu masuk seminary (bahagia) tetapi waktu dibaca perarturan hidup di seminary (mau protes) karena tidak ada bedanya sama penjara. ( Siapa yang sanggup ? ).
Bersyukur  dalam ay 14 b. dikatakan : "Firman itu (Yesus Kristus) penuh kasih karunia dan kebenaran. Kalau tidak ada kasih karunia, kita tidak akan sanggup hidup sebagai anak Allah, kalau tidak ada kasih karunia mungkin kita di pecat jadi anak Allah.  Karena terlalu banyak peraturan yang tidak kita jalankan tetapi karena ada kasih karunia Tuhan sehingga kita diberikan kesempatan untuk bertobat, kembali hidup dalam kebenaran.
Daud adalah anak Allah, tetapi juga pembunuh berdarah dingin melakukan dosa yang keji tetapi bisa jadi di anggap pahlawan bagi orang banyak. Pada waktu dia mengambil Betsyeba menjadi istrinya maka bisa jadi prajuritnya menganggap dia pahlawan, rakyat menganggapnya raja baik padahal tidak tahu apa yang sudah di lakukannya.Â
Hanya karena kasih karunia saja dosanya yang begitu keji, diampuni, namanya tetap harum, dibanggakan Tuhan, kalau kita membaca kitab raja-raja, kalau raja itu baik maka dikatakan sama seperti hambaku Daud. Hanya karena karunia. Kalau saat ini, namanya akan babo. Seluruh kebaikannya di lupakan. Pepatah mengatakan "panas setahun dihapus oleh hujan sehari"
Yakub adalah anak Allah sangat mengenal Allah YHWH sejak kecil dari orang tuanya, tetapi juga seorang penipu ulung, yang ditipu bukan orang luar tetapi omnya sendiri laban, bapaknya Ishak. Anak kuranggajar. Tetapi Tuhan datang kepada dia, bergumul dengan dia, mengantikan namanya menjadi Israel. Hanya kasih karunia.
Jadi anak Allah itu enak, hidup penuh kasih karunia. Â Tetapi jangan bermai-main dengan kasih karunia. Karena Kasih karunia diberikan bukan untuk banyak berbuat dosa, tetapi untuk bertobat.
Kasih karunia di berikan kepada Daud, diberikan kepada Yakub, diberikan kepada Abraham supaya mereka bertobat bukan supaya mereka berbuat dosa.  Jadi pada waktu kita menjadi anak Allah itu sudah kasih karunia tetapi kasih karunia itu tetap ada  supaya kita tetap hidup dalam kebenaran. Inilah keistimewaannya jadi anak Allah.
Oleh karena itu respon kita terhadap kasih karunia sebagai anak Allah yaitu hidup menurut apa yang Allah kehendaki dan apabila kita jatuh dalam dosa punya hati yang peka dan lembut untuk bertobat dan kembali hidup dalam kebenaran. Hati yang peka dan dan lembut  seperti Petrus "Yang Tuhan pergilah daripadaku aku ini orang berdosa", "Petrus hatinya sedih dan berkata, Tuhan Engkau tahu segala sesuatu aku hanya bisa phileo padamu" or peka dan lembut
Baca juga: Menemukan, Menikmati, dan Mensyukuri Karunia Tuhan Sepanjang Hari
Tetapi bisa jadi orang-orang bermain-main dengan kasih karunia sebagai anak-anak  Allah. Tidak gentar untuk berbuat dosa, walaupun sudah salah tetap mengeraskan hati untuk minta pengampunan, dan kondisi tersebut bisa berbahaya karena ia akan terus terjebak dalam dosa-dosa selanjutnya walaupun ia anak Tuhan.
Dosa dari pada raja Daud bukan dimulai dari hubugannya dengan Betsyeba. Tetapi sebelumnya. Ia membiarkan hidupnya berada di dalam dosa dengan mengambil begitu banyak istri dan gundik. (2 Sam 3:2-5 ; 2 Sam. 5:13).
Daud tahu akan peringatan Tuhan : Sebelum orang Israel masuk tanah perjanjian, Tuhan memperingatkan mereka bahwa suatu saat mereka akan menginginkan seorang raja seperti negeri disekitar mereka. Dia akan mengijinkan mereka menunjuk seorang dari mereka yang dipilihNya, tapi dia harus berhati-hati untuk tidak memperbanyak istri bagi dirinya karena mereka bisa membuat hatinya menjauhi Tuhan (Deut. 17:14-17).
Tetapi karena ia membiarkan dosa masuk ke dalam hidupnya maka hatinya sudah menjauh dari pada Tuhan, sehingga untuk bersinah dengan Betsyeba tidak ada masalah bagi dia, untuk membuat dosa yang lebih keji dari pada itu juga tidak bermasalah, bahkan setelah berkonspirasi membunuh Uria pun ia tidak pernah datang kepada Tuhan dan mengaku dosanya sebelum nabi Natan menegurnya. Bahkan ia menghibur Yoab  yang membunuh Uria secara tidak langsung dengan berkata : Don't let this upset you, sudah biasa pedang makan orang ini atau itu (11:25) Gila, tidak ?
Oleh karena itu jangan terus berbuat dosa di dalam kasih karunia yang telah Allah berikan kepada kita sebagai anak-Allah. Kasih karunia diberikan untuk bertobat bukan untuk terus berbuat dosa. Maka hati kita harus peka dan lembut untuk hal itu, kalau tidak kita akan sangat sulit keluar dari pada dosa-dosa yang kita buat.
PENUTUP
Allah telah menyatakan kasih karunia kepada kita (orang-orang tertentu) antara lain : Memberikan hidup yang sesungguhnya, diberikan tugas untuk bersaksi, dan di berikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Oleh karena itu respon kita : Berfokus pada hidup yang sesungguhnya, hiduplah seperti apa yang Allah inginkan dan punya hati yang peka dan lembut terhadap dosa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H