Puisi-puisinya menyimpan banyak makna dan pesan yang tersembunyi, ading menyajikan puisinya sebagaian besar adalah bentuk perlawannya terhadap pandangannya dengan  kondisi social saat ini. Ia  juga menyelipkan pesan untuk pergaulan-pergaulan bebas di era moderenisme, puisinya adalah bentuk sindiran-sindiran keras terhadap moralitas yang kaku dan terhadap orang-orang yang munafik, ia menulis mbeling karena bentuk perlawanannya terhadap aturan-aturan puisi yang menurut pandanganya terlalu rumit dan dengan aturan-aturanya.
Pandanganya terhadap puisi sangat sederhana, ia adalah anak muda yang ingin bebas, ingin memberikan pesan lewat karya-karanya, salah satu puisi m.f.ading yang sangat menggelitik sekaligus tajam. Namun di balut dengan diksi yang sangat sederhana yang berjudul muhasabah.
"Muhasabah
Ya tuhan, maafkan hambamu
Yang lebih sering menerima notifikasi dari kekasihku,
Daripada notifikasi darimu."
Dalam wawancara yang singkat pata tanggal 1 januari 2023. M.F.Ading menutarakan mengapa dia menulis puisi mbeling. Menurutnya tidak ada tujuan dengan puisi mbeling, ia menemukan jatidirinya pada puisi mbelng. Menurutnya puisi mbeling puisi yang cocok sama umur,kenakalan dan kehidupanya.
Tujuan mengapa ia menulis puisi mbeling adalah untuk menghapuskan stigma bahwa menulis puisi itu tidaklah sulit dan juga tidak harus menggunakan Bahasa-bahasa yang indah. Bahwa Ketika ia melihat sejarah puisi mbeling ia tertarik untuk menulisnya.
Menurutnya puisi mbeling itu muncul dari salah satu rubik di majalah aktuil. Rubik puisi mbeling lahir untuk menampung kreativitas kaula muda yang sudah bosan denagan majalah (Horison) misalnya, yang banyak aturan itu, sehingga anak muda menjadi sulit untuk masuk ke majalah tersebut.
Di tambahlagi harus bersaing dengan penyair-penyair yang sudah mempunyai nama beasr, maka menurutnya lahirlah rubik puisi mbeling, untuk anak-anak muda yang nakal,yang gondrong rambutnya, dan juga suka maki-maki kaum yang tua. Yang masih konserfativ. Puisi mbeling hadir untuk kalian semua yang ingin membebaskan diri kalian dan membebaskan imajinasi kalian aturan-aturan yang kolot.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H