Sekarang sudah semakin banyak wanita-wanita muslimah yang memakai kerudung. Ada yang diawali karena coba-coba saja lalu jadi keterusan ada pula orang-orang yang berprinsip untuk memakainya karena ingin mematuhi hukum yang telah disyariatkan. Bukan hanya kedua hal itu yang menjadi landasan seorang wanita muslim memakai jilbabnya. Dari sekian banyak wanita muslim ada pula yang tertarik memakai kerudung untuk kepentingan fashion belaka, melihat makin maraknya gaya-gaya berkerudung yang menarik dan terlihat lebih gaul. Hal ini dipandang sangat krusial karena menyangkut masalah niat itu sendiri. Bisa jadi saat model kerudung gaul itu sudah tidak mewabah lagi wanita-wanita muslim yang memakai kerudung karena alasan fashion akan melepas penutup kepalanya tersebut, nauzdubillah.
Memakai kerudung(red menutup aurat) adalah kewajiban setiap muslim. Semua muslim bukan hanya untuk wanita saja wajib menutup aurat tentu saja dengan batasan yang berbeda. Tapi hal ini sering di salah artikan, banyak yang menganggap memakai kerudung adalah pilihan artinya boleh dipakai boleh tidak. Mungkin bisa saja dibilang pilihan tapi bukan pilihan untuk memakai atau tidak memakai tapi pilihan untuk menaati ajaran agama atau tidak.
Perkembangan nilai-nilai keislaman di indonesia sendiri sudah semakin maju. Yang dahulunya belum mengenal jilbab besar Sekarang trend jilbab besar sudah menyebar kemana-mana dari mahasiswa sampai anak sekolah. Adanya keinginan menutup aurat secara menyeluruh menjadi faktor utama selain lingkungan yang mempengaruhi. Adanya pemakaian jilbab yang berbeda(jibab gaul dengan jilbab besar) menyebabkan berbagai prasangka buruk terhadap sesama muslim itu sendiri. Seorang pemakai jilbab gaul sering berprasangka kalau teman-temannya yang memakai jilbab besar hanya berteman dengan orang-orang yang memakai jilbab besar lagi. Mereka beranggapan adanya sikap eksklusifitas pada grup jilbaber tersebut. Perasaan terasing dan mungkin rasa minder pernah ada di lubuk sang pemakai jilbab gaul. Hal ini menjadi sangat ironis ketika seorang jilbaber tidak mengetahui kebutuhan lingkungan akan keberadaan mereka. Kurang berbaur dengan wanita-wanita muslim atau non muslim lain yang membutuhkan bimbingan dari dirinya. Sangat aneh sekali ketika punggawa-punggawa dakwah tidak menyadari lahan dakwahnya sendiri, lahan yang seharusnya dapat ditanami dengan benih-benih unggul disiram dan dipupuk secara rutin. Salah satu kelemahan inilah yang seharusnya dapat dibenahi terlebih dahulu, saling merekatkan hubungan sesama muslim hingga tidak akan timbul rasa minder, takut, antipati terhadap sahabat-sahabat muslim sendiri. Salah satu jalan terbaik untuk memperbaikinya adalah rasa cinta dan hubungan yang alami sehingga kebiasaan saling mengingatkan dalam kebaikan dapat terlaksana dengan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H