Mohon tunggu...
senja kelabu
senja kelabu Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mencari jati diri

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Kebebasan Semu Mahasiswa Kedinasan

17 Januari 2015   05:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:58 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan ini hanyalah bentuk jeritan hati kecil saya yang ringkih, yang mendambakan adanya perubahan pada diri mahasiswa-mahasiswi dimana saya menimba ilmu, termasuk saya sendiri. Tidak terselip suatu maksud, baik secara eksplisit maupun implisit, untuk menghakimi, menyalahkan, atau menggurui siapapun melalui tulisan ini.

Sekolah saya ya… sebut saja sekolah kedinasan, yang beberapa tahun lalu berhasil memecahkan rekor MURI dengan menjadi Perguruan Tinggi dengan pendaftar terbanyak di Indonesia. Siapapun yang lolos ujian masuk, dia berhak untuk belajar di sini gratis, iya, tanpa biaya sepeserpun dan bahkan mendapatkan beberapa fasilitas. Dengan diadakannya pendidikan ini, diharapkan dapat mencetak generasi penerus yang mengelola keuangan Negara dengan integritas tinggi. Benar sekali! Integritas! Tetapi disini saya tidak akan membahas mengenai integritas, karena hal itu sudah tidak diragukan lagi menjadi bagian yang melekat pada diri kami masing-masing.

Pemaparan saya selanjutnya mungkin saja tidak menjelaskan secara menyeluruh keadaan mahasiswa disini, karena saya hanya mengambil beberapa sampel dari orang-orang yang sudah saya kenal dan amati selama berbulan-bulan ini. Saya tidak menggeneralisasi, harap dicatat bahwa ini hanya untuk orang-orang yang sudah saya amati, dan ini hanyalah salah satu jenis dari berbagai macam mahasiswa di sini.

Ketika masih duduk di bangku SMA, menjadi seorang mahasiswa berarti dimana kita meraih sebuah kebebasan untuk melakukan apa saja yang kita suka. Jauh dari orang tua, tinggal di kota besar, dan lain sebagainya. Namun, setelah saya merasakan sendiri bagaimana menjadi seorang mahasiswa saya hanya bisa menertawakan pemikiran itu. Lupakan!

Disini, seperti yang saya sebutkan sebelumnya, biaya pendidikan kami dibebankan kepada Negara. Oleh karena itu, bukankah seharusnya ada suatu timbal balik yang setimpal? Tapi, apa yang saya lihat di sekitar saya? Kebanyakan hanya bermalas-malasan, kuliah “seadanya”, dalam artian tidak ada persiapan sama sekali. Lebih antusias untuk datang ke acara hiburan, konser, pacaran dan semacamnya daripada acara seminar atau kuliah umum. What the hell! Are you kidding me?

Seandainya saya punya seluruh waktu di dunia ini untuk mendengarkan setiap obrolan para mahasiswa di sini, saya yakin mayoritas topik yang dibahas tidak jauh-jauh dari gadis cantik, pria tampan dan jalan-jalan. Mungkin hanya segelintir yang mengisinya dengan diskusi membahas masalah-masalah yang sedikit berbobot.

Teman-teman, saya paham betul, kita masih muda, masih ingin bersenang-senang. Akan tetapi, ketika kita memutuskan untuk menginjakkan kaki di sini, berarti kita telah dibebani tanggung jawab untuk menjadi penerus di jajaran para punggawa keuangan. Kita tidak datang untuk bermain-main, Negara telah menggelontorkan sejumlah besar anggaran untuk diinvestasikan kepada kita. Kita tidak bisa menyamakan diri dengan mereka yang berkuliah di perguruan tinggi lain karena mereka membayar uang kuliah mereka sendiri, mereka bebas melakukan apa saja. Sedangkan kita? Anggaran Negara terancam terbuang sia-sia apabila kita tidak memberikan yang terbaik yang kita punya. Kita memang dihadapkan dengan serentetan peraturan yang terasa mengekang, tetapi apa boleh buat? You have chosen your own path, deal with it.

Wajar memang sebagai manusia, kita mengalami suatu momen dimana kita merasa jenuh dengan apa yang kita jalani, kita butuh hiburan. Kabar gembiranya adalah kita bebas melakukannya, apa saja yang mengembalikan – sebut saja – "kewarasan" kita setelah berminggu-minggu diserang berbagai macam tugas dan kuliah. Namun, ingat! Jangan terlena, hiburan hanya sebagai selingan, tugas utama kita adalah belajar. Sekarang adalah waktunya untuk berubah, untuk menyadari bahwa ketika kita berbicara tentang masa depan kita, kita bukan hanya membicarakan masa depan pribadi, tetapi masa depan Negara kita tercinta.

Pada akhirnya, setiap hal selalu mempunyai dua sisi, saya juga mempunyai beberapa teman yang benar-benar cemerlang. Mereka mendedikasikan semua waktu mereka untuk hal-hal yang berguna. Mereka brilian di kelas, aktif di organisasi, bahkan ada beberapa yang mengajar les privat untuk sekadar menambah uang jajan atau untuk membeli buku. Inspiratif, bukan? Jujur saja saya salut, saya ingin menjadi seperti mereka.

Apakah kalian penasaran dimana posisi saya? Bisa dibilang saya masih berada di antara dua sisi tersebut, masih terseok-seok untuk menjadi yang lebih baik.

Saya percaya, kita hebat, kita terpilih. Namun, jangan biarkan itu membuat kita merasa puas.

Catatan tambahan : beberapa alumni ada yang memutuskan untuk keluar dari lingkaran ini, saya tidak tahu alasan pastinya, tetapi yang terpenting bagi saya adalah mereka tetap berkarya untuk bangsa ini. Bangga bahwa sekolah ini adalah yang menjadi gerbang keberhasilan bagi mereka.

Januari 2015

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun