Kita harus berterima kasih pada Malaysia, tepatnya mantan Menteri penerangan mereka, Zainudin Maidin. Namanya kini menjadi terkenal di Indonesia walaupun bukan untuk ingatan yang baik.
Terima kasih kita ini untuk kenyataan sejarah, bahwa benar TimTim lepas dari Indonesia, benar itu terjadi di era Habibie, benar bahwa ada intervensi asing kala itu. Itu semua sudah terjadi dan tidak akan terulang lagi.
Sebuah kenyataan memang harus diterima walaupun itu menyakitkan. Karena TimTim yang kita selamatkan dari penjajahan Portugis malah menganggap kita menjajah.
Yang kita tidak setuju adalah istilah "Dog of Imperialism"-nya Zainudin. Karena bahasa binatang hanya dikeluarkan oleh binatang. Bahkan kalau TimTim di istilahkan "anjing yang mengigit tangan tuannya" saya tidak begitu setuju, walaupun TimTim sudah dibebaskan dari penjajahan, dibangun, dipeluk tapi malah mengigit Indonesia.
Tapi Zainudin Maidin mungkin terlalu bernafsu untuk menyerang Anwar Ibrahim, sehingga untuk memperhalus caci makinya terhadap Anwar, ia menyandingkannya dengan Habibie. Atau ia begitu ketakutan melihat keindahan alam demokrasi? Seperti orang goa di gurun pasir yang takut melihat hijaunya belantara?
Zainudin masih meratapi kekalahannya dipemilihan setempat oleh orang-orang Anwar Ibrahim.
Satu hal yang pasti, kita harus berterima kasih pada mAlaysia karena memberi kita hiburan di minggu ini. Hiburan yang mana mereka menunjukkan betapa tertinggalnya mereka dari Indonesia. Tertinggal?
Ya, mereka tertinggal dari Indonesia di bidang demokrasi. Mereka juga tertinggal dibidang Intelektualisme/cendekiawan, bayangkan, jika seorang mantan menteri saja ceroboh dan dungu, apalagi rakyatnya?
Hiburan lain adalah kekonyolan mensejajarkan BJ Habibie dengan Anwar Ibrahim, Kita tahu kalau seorang Yang Dipertuan Agong+Mahatir Mohammad+Anwar Ibrahim+Najib+pak Lah masih hanya seujung kukunya Habibie dibidang pengetahuan, IQ dan kepeloporan teknologi. Jadi ini sebuah kekonyolan yang membuat kita terbahak-bahak.
Jadi kita tetap harus berterima kasih dengan orang Malaysia yang kurang pengalaman sementara Indonesia yang miskin ini boleh tertawa lepas, dibandingakan mereka yang untuk bernafas saja harus menunggu titah sang raja...
=SachsTM=