Mohon tunggu...
Seneng Utami
Seneng Utami Mohon Tunggu... lainnya -

an ordinary woman

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

Mau Kaya, Jadilah TKW!

13 Maret 2015   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:43 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14262200511467620797

Teman seperjuangan, disuatu malam, penuh tantangan bercampur harapan, semalam sebelum keberangkatan ke luar negeri/ Dokumen Neno
Aku sadar, ini malam terakhir aku berada di tempat ini juga di negari asalku, Indonesia tercinta yang kaya raya tapi kurang sejahtera masyarakatnya! Esok hari aku harus melangkahkan kaki ke sebuah negeri terasing, menuju negeri yang belum pernah aku jajaki sebelumnya. Mulai malam ini, Aku harus siap hidup  meninggalkan keluarga, kujauhi  orang tua beserta saudara-saudaraku, seberapa pun berat beban di pundakku nanti, aku harus bisa memikulnya. Sendiri…!

Malam ini aku masih di sini, aku masih sempat melihat kawan-kawan seperjuanganku. Melihat guru yang dengan kewibawaannya mengajariku. Dan bayangan wajah orang tuaku tadi siang, masih terselip dekat didalam otakku. Ragaku seperti masa bodoh saja untuk mengakui bahwa aku ini akan menjadi seorang pekerja rumah tangga di luar negeri, menjadi pelayan/pembantu untuk orang asing yang belum aku kenal. Tak tau pekerjaan apa yang nantinya akan aku pegang, merawat bayi kah, merawat orang jompo kah,  merawat mati-matian anjing kah, merawat anak cacat kah, bersih-bersih rumah kah, atau mengerjakan apa saja yang jelas semua penuh tantangan buatku!

Hati bertanya, sekeji inikah aku terhadap orang tuaku? Mereka sama sekali tak pernah menghasudku untuk menjadi pembantu di negara ini, apalagi di negeri orang lain! Luar negeri didalam bayanganku sangat mengerikan, dan  mengingat hal yang ngeri-ngeri, jelas tak mungkin aku sanggup lari! Tak sanggup aku berbuat selain menerima dan menghadapi keadaan ini. Aku tak menolak ketika harkat martabatku serasa jatuh, tentang pekerjaanku ini yang umumnya dipandang sebelah mata oleh kebanyakan orang. Dihatiku terngiang jelas  kata-kata demikian, “ Kamu adalah pembantu sangat biasa Seneng, posisimu dimata orang akan lebih rendah dari majikan. Tapi, jika kamu yakin keberadaan Tuhan, posisimu ditentukan oleh amal!”

Kurasakan tundukan kepalaku semakin berat mengarah ke bawah. Tatapan mataku hampa,  bercampur harapan penuh cita, Hampa karena aku bertanya dengan geram pada hatiku sendiri; “ Oh Tuhan, kenapa aku menjadi salah satu bagian dari jumlah TKW yang ada di negeriku? Aku memilih jalan ini, apakah karena benar-benar sudah mentok tidak ada jalan lain untuk mendapatkan pekerjaan dan uang? Sungguh betulkah hanya karena uang, aku merelakan nyawaku diombang-ambingkan dengan sesuatu yang sulit tapi benar ada di depan mataku sendiri? Jika kuingat, betapa sesungguhnya jiwa ini masih ingin dipertemukan kembali dengan orang-orang yang mengasihiku, dengarlah Tuhan perkenankanlah nyawaku selamat, dari mulai keberangkatanku esok pagi sampai batas waktu aku bisa kembali ke negeri ini…Sekali lagi, keselamatan nyawa dan jiwaku ini Tuhan…’’

Kasus-kasus yang sudah kudengar sebelumnya, berita tentang TKW yang mati dibunuh majikannya, TKW yang diperkosa, TKW yang jatuh dari lantai bangunan rumah majikannya, TKW yang dianiaya, TKW yang diperlakukan tak manusiawi……..Oh, bayangan ngeri itu telah membuat pikiran ini tak nyaman.

Kuanggap nasibku ini seperi  telur yang berada di ujung tanduk! Ketidak sanggupanku mengganti uang sekian juta kepada PT yang telah memprosesku, membuat aku terpaksa untuk tetap terus harus berjuang maju ke depan. Ini juga sebagai jalan bahwa dalam menghadapi hidup, aku tak boleh plin-plan. Aku harus menjadi wanita tegar…!

Kuingat sekali lagi, di selebaran kertas berwarna hijau yang pertama kali aku dapat dari seorang sponsor PT, di kertas itu tertera sebuah angka yang menggiurkan perasaan hatiku.  Hong Kong, dengan gaji uang tunai sebesar Rp. 6.000.000,- per bulan!

Sungguh betapa hebatnya jika aku mampu mendapatkan uang dari keringatku sendiri sebesar itu perbulannya? Tanpa peduli lagi apa latar belakang sekolahku dulu, tanpa peduli apa keahlianku, tanpa peduli bagaimana bentuk dan rupa asliku, uang sebesar Rp. 6.000.000,- kuhitung-hitung jika dua tahun saja, pasti akan menjadi berjuta-juta! Mungkin dengan jalan menjadi TKW inilah yang aku mampu lakukan, tanpa harus kuliah dan menjadi dokter bergelar Pegawai Negeri Sipil atau PNS!

Bila kuingat berapa juta uang yang akan kuterima perbulannya dari pekerjaanku nanti, semangatku hidupku berkobar luar biasa, sebab dengan jalan ini aku ingin mengubah nasib, dengan jalan ini aku ingin membahagiakan orang tuaku, dengan jalan ini aku ingin menaklukkan tantangan, dan kuyakini  ini bagian dari jalan hidupku yang diberikan oleh Tuhan kepadaku.

Detik malam ini adalah perpisahanku di depan teman-teman seperjuangan, sebelum acara ini berakhir sempat kubiarkan pikiranku bebas berpendapat berdasarkan kata hati nuraniku sendiri.

“ Dalam diam, kemana hati ini ingin menyuarakan sejuta kekesalan? Aku mengerti, di negeri ini ada TKW karena ada pihak yang membuka kesempatan. Mungkin citra bangsa ini dimata bangsa lain sudah jatuh dengan keberadaan TKW yang tak terhingga, apakah sebenarnya negeri ini sudah mempermalukan diri? Negeri  ini mengijinkan atau meng-iyakan warganya berbondong-bondong ke luar  negeri karena di Indonesia kurang lapangan pekerjaan, negeri ini masih  kurang mampu memberdayakan sumber daya alam demi kesejahteraan, di negeri ini pengetahuan masih terbilang serba kuraaang! Aku bosan mendengar penguasa negeri ini yang koruptoran, muak melihat gossip selebriti yang kurang mutu, dan aku penasaran kenapa negeriku selalu terbelakang dibandingkan negeri yang lain? Mungkinkah akan kutemukan jawabannya dengan keberadaanku di negara yang akan aku tuju esok hari? Semoga bisa terjawab, dengan status TKW aku akan menginvestigasi rahasia kesuksesan negara maju. Demi mendapatkan jawaban ini, aku harus semangat! Semangatlah Seneng, semangat, semangaaaat…yakinkan diri kamu pasti bisa menemukan jawabannya…!”

Esok hari aku tetap harus beranjak dari tempat persinggahan terakhirku di negeri ini, Indonesia! Bayangan ngeri yang menghantui  hatiku, senyap-senyap kubisikan kepada hati Tuhan, supaya Dia berkenan melindungiku dari segala macam rintangan, ku yakinkan diri segala  kesulitan apapun akan terlewati dengan mudah hanya jika aku mau mempertahankan imanku kepada-Nya saja…

InsyaAllah.

NB : Terinspirasi oleh sebuah photo yang ada di atas, dimana  photo itu ialah malam terakhir teman seperjuangan saya yang akan berangkat ke luar negeri. Tanpa saya sadari, apa yang terjadi pada teman seperjuangan saya, terjadi pula pada hidup saya. Artikel di atas, merupakan apa yang saya pikir dan rasakan ketika saya sedang mengalami hal yang sama sepeti pada photo teman seperjuangan saya ini. Sekilas photo itu tampak hening, ada tanggung jawab besar pada mereka, ada tantangan, dan ada juga harapan! Judul tersebut sekiranya sudah banyak memberikan pelajaran hidup untuk saya, rejeki sudah diatur sama yang Kuasa, tapi pengalaman hidup lebih bermakna dari segalanya. Saya bersyukur sudah mendapatkan jawaban dari rasa penasaran saya sendiri. Kini, saatnya jalani hari-hari yang penuh dengan inspirasi.

Seburuk apapun sesuatu, dengan sudut pandangan yang berbeda maka sesuatu itu tak selamanya akan berupa buruk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun