Mohon tunggu...
Sendyakala
Sendyakala Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bagaimana Kesudahan Agama & Demokrasi di Akhir Zaman?

13 Maret 2016   07:22 Diperbarui: 13 Maret 2016   08:34 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tak tau lagi kita siapa yang terbujur siapa pula yang mujur dalam zaman kegelapan yang serba materialis ini. Namun orang awam saja, yang pengetahuannya dangkal sudah merasakan mual bin muntah lihat sistem kebinasaan yang mengatur kehidupan kita ini. Mau sistem ideologinya, sistem politiknya, sistem ekonomi maupun budayanya kesemuanya hanyalah mainan segelintir orang yang gembira melihat manusia nyemplung ke tong sampah peradaban. 

Tak jauh dari orang awam orang pintar pun berdiri dengan kesimpulan yang sama. Ada ribuan ahli dengan ribuan bukunya menyimpulkan bahwa zaman dimana  manusia hidup hari ini adalah zaman kegelapan, inilah zaman kebodohan, zaman manusia kehilangan harkat dan martabatnya yang merupakan fitrahnya. Zaman dimana ada manusia senang menghisap manusia. Zaman dimana manusia senang  mengeksploitasi manusia dan juga alam semesta. 

Dalam kegelapan yang melanda dunia saat ini, ada dua konsep hidup yang menjadi gantungan manusia dimuka bumi ini yaitu agama dan demokrasi. Pertanyaannya, bagaimana kesudahan agama dan demokrasi, yang menjadi tempat bergantungnya ummat manusia pada akhir zaman?

Sistem Demokrasi

Syahdan, semua orang pintar yang ada di universitas yang berpikir universal menyatakan bahwa tidak ada sistem yang paling diyakini dapat menyejahterakan ummat manusia di muka bumi ini kecuali sistem liberal-demokrasi. Inilah sistem yang digandrungi oleh bangsa-bangsa di dunia dalam mengatur kehidupan bangsanya.

Namun, bagi orang yang lemah sistem ini juga dituding menjadi biang kerok ketertindasan mereka. Dari sistem ini lahir dan besar pemimpin yang lupa pada rakyatnya. Dari sistem ini lahir dan besar pemimpin yang tega menghisap darah rakyatnya. Dari sistem ini lahir dan besar serigala sebagai penggembala domba. Inilah sistem tanpa filter moral yang mengundang bebas masuk para bedebah menjadi penguasa. 

Sudah sering dijelaskan, sistem demokrasi adalah sistem dajjal, yaitu sistemnya para pendusta. Sistem yang mengagungkan kebebasan, persaingan, individu dan kesetaraan. Sistem yang paling digandrungi oleh  para penjahat dan penipu saat ini. Mau lihat buktinya, lihat saja bagaimana rakyat ramai meninggalkan tps-tps (gelanggang demokrasi) karena tak percaya pada janji palsu para pemimpinnya. Lihat saja, justru para penjahat lah yang ramai gandrung demokrasi dan mempercayainya. Mereka justru rajin beli suara rakyat, mengajak datang ke tps-tps dan kampanye tentang pentingnya demokrasi.

Ingat dalam sistem demokrasi yang penuh dengan kebebasan dan tanpa dasar etika moral ini, tujuan akhir  yang dikejar oleh milyaran orang di dalamnya adalah materi. Semua orang sejak lahir telah terdorong secara alamiah oleh lingkungannya menghamba pada materi. Itu sebabnya, semua institusi pendidikan, ilmu pengetahuan yang ada, dirancang untuk untuk mendapatkan materi. 

Sementara bagi mereka yang tak berpendidikan tidak ada cara lain mendapatkan materi kecuali melalui korupsi, menjual pengaruh, melacurkan harga diri, ijon proyek, jual asset negara atau pinjaman berbunga. Artinya, kelas yang berpunya hanyalah diisi oleh orang pintar yang materialistik dan para mafia. Pada keduanyalah ummat manusia bergantung dan meminta pertolongan.

Sudah lah benar, jika ada yang mengatakan saat ini sebagai penggenapan lahirnya kerajaan para pencuri (kleptokrasi) sebagaimana yang sudah sering diprediksi. Mengapa para klepto bisa jadi pemenang? Karena pada sistem demokrasi kuantiti menjadi ukuran yang utama. Seorang pencuri dan nabi memiliki nilai yang setara sama-sama mewakili dirinya. Manusia tidak lebih seperti deretan angka, tanpa jiwa. Mereka yang banyak akan ditetapkan menjadi pemenang, pengatur dan pemimpin manusia. 

Agama & Demokrasi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun