Mohon tunggu...
Rolip Saptamaji
Rolip Saptamaji Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Seorang toekang toelis jang dilepas dan toekang loekis jang terlepas ini kini mengambil djalan soenyi sebage toekang kritik jang memboeat gerah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ini (Masih) Soal Cinta Kan?

3 September 2014   21:05 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:43 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

00: 21:22

Kamu masih bangun? Boleh aku minta temani aku ngobrol malam ini?

00: 22:10

Iya aku masih bangun, ada apa? Boleh, Kenapa?

00: 22:50

Kamu ingat kita pernah ngobrol soal Erich Fromm?

00: 23:05

ini soal cinta kan?... tentang apa?

00: 23:15

Iya, Kamu ingat soal konsep cinta Fromm di The Art Of Loving, soal cinta yang saling menguatkan, aku berusaha mempraktekkan itu beberapa tahun ini.

00: 23:45

Ah iya, aku tahu itu kamu pernah bilang,.. memangnya kenapa bukankah selama ini berhasil?

00: 23:57

Meh,.. yah,.. mungkin aku pikir aku berhasil,... tapi aku salah,

00: 24: 25

Salah? Kenapa salah?

00: 25:00

Tidak semua orang paham dan mau menjalankan konsep ini

00: 25:55

Kenapa? Bukannya saling menguatkan itu baik, semua potensi yang kamu punya dan dia punya tidak dibatasi tetek bengek romantisme picisan

00: 26:22

Yah, aku juga tadinya berpikir begitu,.. tapi semua ada syaratnya

00: 27:04

Syarat? Apa syaratnya?

00: 28:05

Kehadiran... ya aku harus hadir disana karena itu konsep yang ingin kujalankan. Kamu tak bisa mempercayai orang yang tak memahami konsep ini dan menjalankannya sendiri, ka,u harus hadir disana untuk memastikannya berjalan sesuai yang kamu inginkan

00: 29:17

Hah? Kok jadi begini? Sejak kapan Fromm jadi Leninis seperti ini?

00: 29:40

Leninis bagaimana?

00: 30:02

Kamu bilang kamu harus hadir untuk memastikannya kan? Ini seperti konsep partai pelopor Lenin! :D

00: 30: 50

Ah sial,..

00: 31: 26

Kamu terlalu serius... harusnya ambil hari libur

00: 32:03

Eh aku serius ini... sesekali boleh kan aku bicara tentang diriku tidak melulu soal yang rumit rumit

00: 32:40

Iya, tapi aku rasa kamu mulai ideosinkretis dengan mencampuri konsep cinta Fromm dengan ambisi memastikannya berjalan, makanya aku sebut leninis, kamu kira aku juga tidak serius?

00: 33: 10

Ah iya aku juga baru menyadarinya memang jadi seperti memaksakan kehendak ya?

00: 34: 00

Sudah jangan terlalu cepat mengambil simpulan, apa tadi maksudmu dengan kehadiran sebagai syaratnya?

00: 34: 20

Iya rupanya meskipun saling menguatkan itu seakan baik tapi belum tentu baik dalam hubungan romantik, bagaimanapun juga intensitas pasti melahirkan kejenuhan dan selalu membutuhkan hal baru untuk memuaskan sensasi romantiknya

00: 35: 04

yup, mungkin saja kamu benar, tapi apa hubungannya dengan saling menguatkan menjadi salah, aku masih berpikir itu benar

00: 36: 32

entahlah aku merasa salah satu menguat dan yang lain akan melemah dan ditinggalkan

00: 37: 12

kalau itu bukan cinta, itu egois

00: 38: 02

nah itu dia! yang aku bingung kenapa saling menguatkan berakhir pada egoisme individual?

00: 38: 46

mungkin Fromm yang salah karena dia terlalu idealis memandang cinta, se-ideal apapun tetap harus kamu selaraskan dengan kenyataan dan segala masalahnya

00: 39: 15

aku jadi teringat Machiavelli komitmen bersandar pada keadaan

00: 40: 26

kamu melompat lagi ke Machiavelli, kita lagi bicara tentang Fromm

00: 41: 02

Oh maaf,.. iya aku melompat lagi

00: 41: 20

:D :D rupanya dari sini awalnya setelah melompat ke Machiavelli sebentar lagi kamu melompat ke Lenin

00: 42: 11

hahahaha ketahuan juga,...

00: 43: 03

tidak usah menghubung-hubungkan Fromm dengan Machiavelli atau Lenin, apa kamu tidak bisa mengetahui apa kesalahanmu?

00: 43: 34

Kesalahanku? apa kesalahanku?

00: 44: 40

Cinta yang saling menguatkan tidak salah, idealnya memang benar, tapi kamu tidak bisa menganggap semua akan berjalan seperti yang kamu pikirkan

00: 45: 28

aku paham itu, tapi sekilas aku berpikir semua karena aku tidak hadir maka aku ditinggalkan

00: 46: 31

kehadiran memang penting, tapi itu bukan satu-satunya alasan,.. lagipula kamu tidak gagal menerapkan keyakinanmu kalau cinta harus saling menguatkan, kamu gagal memahami kalau menguatkan tidak selalu berarti kesetiaan.

00: 47: 13

tetap aku merasa semua yang kulakukan sia-sia karena aku ditinggalkan

00: 47: 55

itulah kegagalanmu memahami cinta yang saling menguatkan, giliranku bertanya padamu, apakah dia merasa terbebaskan? apakah dia bisa menggali potensinya? apakah kamu mendukungnya? apakah kamu juga tidak membodohinya?

00: 48: 21

Iya,.. menurutku aku sudah melakukan semuanya dalam konsep ini, aku tidak membatasinya dengan berbagai aturan picisan, dia bisa menggali potensinya, aku selalu mendukungnya, tak pernah aku membodohinya, semua yang aku pahami selalu aku bagi dengannya. tapi entahlah, ini menurutku

00: 49: 12

kalau begitu kamu tidak salah, hanya dia yang tidak memahami konsepmu, itu artinya....

00: 50: 29

artinya apa?

00: 52: 23

artinya kamu lelaki aneh dan dia perempuan normal,.. kamu pikir mengikuti caramu berpikir itu mudah? kamu pikir orang mau berpikir dengan caramu berpikir? belum lagi menginginkan yang kamu inginkan,

00: 53: 46

hahaha sial! kamu benar juga

00: 55: 24

lagipula masih banyak konsep cinta yang belum kamu coba, hidupmu juga tidak melulu urusan cinta masih banyak hal lain yang bisa kamu lakukan

00: 56: 55

yah,.. setidaknya aku pernah mencoba

00: 57: 34

Sudahlah, ini sudah larut kamu perlu istirahat jangan isi harimu dengan penat, ambillah hari libur, hibur dirimu, bangun kembali ambisimu yang lain

00: 58: 19

yup! masih banyak hal yang harus aku lakukan... Selamat Tidur, terima kasih sudah menemaniku,... bye...

00: 58: 56

aku senang bisa berbagi denganmu,.. bye :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun