Mohon tunggu...
Sendi Wijaya
Sendi Wijaya Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Mpd Univeritas Pelita Harapan

Seorang mahasiswa magister pendidikan di Universitas Pelita Harapan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Experiental Learning pada Pembelajaran Matematika

10 Desember 2021   12:46 Diperbarui: 10 Desember 2021   13:05 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penerapan Experiental Learning pada Pelajaran Matematika

Matematika rupanya masih menjadi pelajaran yang cukup banyak ditakuti oleh pada siswa di sekolah. Banyak siswa merasa tidak memiliki cukup keahlian di dalam bidang ini dan merasa rendah diri dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam matematika. Menurut berbagai sumber, 7 dari 10 anak tidak menyenangi dan takut terhadap pelajaran matematika. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang di antaranya adalah ketidakmampuan guru dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan menarik bagi siswa-siswanya, atau siswa yang tidak tahu relevansi pelajaran tersebut di dalam kehidupan mereka. Masih cukup banyak guru yang menyampaikan pembelajaran matematika dengan cara yang konservatif, padahal menurut seorang ahli psikologi bernama David Kolb, pembelajaran di dalam ataupun luar kelas perlu disampaikan dengan cara memberikan pengalaman bagi siswanya. Untuk itu Kolb menyebut teori ini sebagai experiental learning. Sedikit mengenai David Kol, beliau adalah seorang psikolog sosial yang meraih gelar Ph.D. nya di Universitas Harvard. Lahir pada tahun 1939, Kolb memulai penelitiannya dalam bidang teori pendidikan pada tahun 1961. Teori yang paling terkenal dari Kolb adalah pembelajaran pengalaman atau experiental learning. Dlama teori tersebut menurut Kolb ada beberapa karakteristik pembelajaran dengan menggunakan metode expriental ini; bahwa belajar adalah sebuah proses yang berkelanjutan, memerlukan konflik antara gaya dan cara penyampaian, proses yang holisitk yang melibatkan akal, budi dan tindakan, belajar merupakan proses meciptakan pengetahuan di mana ada proses di mana pengetahuan sampai kepada siswa bukan dengan cara diberitahu oleh guru, tapi menciptakan atau menemukan nya sendiri. Menurut Kolb terdapat 4 siklus dalam pembelajaran berbasis experiental yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active experiment action.

  • Concrete Experience, tahap di mana siswa melibatkan diri secara utuh dalam pengalaman menemukan pengetahuan, dalam hal ini perasaan adalah faktor yang utama. Dalam pembelajaran matematika maka guru bisa memberikan sebuah aquarium kosong yang kemudian diisi oleh air.
  • Reflective observation, siklus yang mengharuskan siswa untuk mengamati pengalaman yang sudah didapatkan dari berbagai sudut. Misalkan setelah mengisi air ke dalam sebuah aquarium, siswa diminta mengamati mengenai bagaimana kira-kira perbandingan volume aquarium dan air tersebut. Pancing siswa dengan beberapa pertanyaan kritis yang memicu daya pikir kritis siswa. Dalam kegiatan ini siswa bisa juga diminta untuk menghitung volume air dan aquarium menggunakan alat-alat yang ada.
  • Abstract actualization, menghubungkan hasil observasi menjadi sebuah teori. Disini siswa bisa diminta kemudian untuk menemukan rumus mencari volume balok.
  •  Active experimentation, memecahkan masalah dan mengambil keputusan, dalam tahap tindakan sangatlah diperlukan, misalkan siswa diberikan sebuah permasalahan sehari-hari kengenai volume air dan volume aquarium, kemudian siswa diminta untuk berdiskusi dalam kelompok untuk menemukan perbandingan volume air dan aquarium atau menemukan takaran air yang cukup untuk mengisi aquarium tersebut.

Melalui kegiatan ini, maka guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta siswa juga menjadi tahu relevansinya pembelajaran tersebut untuk kehidupan sehari-hari mereka. Apabila metode ini dilakukan secara berkala di dalam pembelajaran matematika, maka saya rasa akan semakin banyak murid yang menyenangi pelajaran matematika dan guru pun akan semakin berkurang tugasnya karena pembelajaran yang bersifat students' centre bukan teacher's centre.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun