Saya memiliki seorang murid bimbingan belajar yang pada dasarnya terbilang cukup baik secara akademik dan sudah saya damping selama lebih dari 3 tahun. Kepercayaan dirinya tergerus setiap kali dia mendapatkan nilai buruk di dalam tugas-tugasnya baik itu tes, kuis ataupun proyek. Saya ingat dia pernah berkata seperti ini "Mr, kenapa ya aku tidak pernah dapat nilai bagus?Â
Aku mau buat mami dan papi aku senang" di situ hati saya terenyuh. Berbagai cara sudah kami coba. Namun suatu hari ada perubahan ketika kami saat itu mempersiapkan ulangan Science.Â
Melihat cukup banyak materi di mana sepertinya siswa akan dapat lebih memahami apabila materi tersebut disampaikan melalui kegiatan praktikum atau percobaan, maka sebelum memulai sesi kala itu, saya mengajukan pertanyaan kepada anak ini demikian "Apakah kamu pernah melakukan percobaan ini?" dengan polosnya anak ini menjawab "tidak pernah pak". Kala itu materi yang diajarkan mengenai campuran solusi, suspensi dan koloid.Â
Siswa diminta untuk mengidentifikasi substansi pelarut dan yang terlarut di dalam sebuah campuran dan bagaimana pengaruhnya terhadap kemampuan susbtansi tersebut larut di dalam cairan.Â
Setelah mendengar jawaban anak tersebut saya memutuskan sesi pada hari itu kami isi dengan membaca teori-teori yang ada serta pengertian-pengertian.Â
Keesokan harinya saya membawa bahan-bahan percobaan untuk kami lakukan bersama-sama. Anak tersebut melihat bagaimana pengaruhnya ukuran partikel sebuah sustansi terlarut berpengaruh pada kemampuan solubilitas nya.Â
Anak tersebut dapat memahami dengan baik bagaimana setiap campuran suspense, solusi dan koloid dapat dipisahkan menggunakan metode yang tepat.
Mengapa saya menceritakan kejadian ini? Dan apa hubungannya dengan teori belajar yang disampaikan John Dewey mengenai "Experential Learning" atau pembelajaran berbasis pengalaman.
Anak tersebut sudah menginjak remaja saat ini dan saya menulis refleksi ini pukul 21.00 tanggal 16 September 2021, setelah selesai sesi dengan anak tersebut di sore harinya. Kami mempelajari hal yang sama dengan yang saya ceritakan di awal tulisan ini.Â
Dan betapa terkejutnya saya, anak ini yang mengganggap dirinya sendiri mudah lupa dengan apa yang diajarkan, masih ingat jelas dengan percobaan yang 3 tahun lalu kami lakukan.
 Saya dengan mudah menggali memori dia dan dia bisa dengan lancarnya menceritakan dan menjawab setiap pertanyaan yang saya berikan.Â