Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Secangkir Kopi di Atas Awan

8 Februari 2024   20:04 Diperbarui: 8 Februari 2024   20:56 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/kopi-cangkir-cangkir-kopi-kopi-mug-819362/

Udara dingin menusuk tulang, menusuk tenda yang menjadi pelindungku dari malam yang sunyi di puncak gunung. Langit masih gelap, hanya setitik cahaya di kejauhan yang menandakan bahwa fajar tak lama lagi akan menyapa. Aku meraba-raba senter di sampingku, menyalakannya untuk menerangi langkahku keluar dari tenda.

Di luar, kabut tebal menyelimuti bumi, bagaikan lautan putih yang tak berujung. Angin bertiup kencang, membawa aroma tanah basah dan dedaunan. Di kejauhan, siluet gunung-gunung lain terlihat samar-samar, seperti lukisan abstrak yang terlukis di atas kanvas langit.

Aku berjalan perlahan menuju sebuah batu besar di tepi jurang. Di sana, aku duduk dan mengeluarkan termos kopi yang kubawa. Aromanya yang harum langsung menusuk hidung, membangkitkan semangatku yang masih tertinggal di dalam tenda.

Aku menuangkan kopi panas ke dalam cangkir, lalu menghirupnya perlahan. Rasanya pahit dan panas, namun strangely comforting. Di tengah udara dingin dan kabut tebal, kopi itu terasa seperti selimut hangat yang menyelimuti tubuh dan jiwaku.

Sambil menikmati kopi, aku menatap ke arah timur, menanti datangnya mentari pagi. Perlahan, warna langit mulai berubah dari hitam menjadi biru tua. Sinar matahari pertama mulai terlihat, mewarnai kabut dengan warna jingga yang indah.

Pemandangan matahari terbit di atas gunung adalah salah satu momen paling menakjubkan yang pernah aku lihat. Langit berwarna jingga, kabut putih berkilauan terkena sinar matahari, dan gunung-gunung yang menjulang tinggi bagaikan lukisan alam yang sempurna.

Secangkir kopi di atas gunung bukan hanya tentang menikmati minuman. Ini tentang menikmati keindahan alam, merasakan kedamaian dan ketenangan, dan menemukan kembali koneksi dengan diri sendiri.

Di sini, di atas gunung, aku merasa kecil dan insignificant dibandingkan dengan keagungan alam. Aku merasa damai dan tenang, jauh dari hiruk pikuk kehidupan di kota. Aku merasa terhubung dengan diri sendiri dan dengan alam semesta.

Saat kopi di cangkirku sudah habis, matahari sudah naik tinggi di langit. Kabut perlahan mulai menghilang, dan pemandangan di sekitarku menjadi lebih jelas. Aku bersiap untuk kembali ke tenda dan melanjutkan pendakianku.

Namun, kenangan tentang secangkir kopi di atas gunung akan selalu kuingat. Kenangan tentang keindahan alam, kedamaian, dan ketenangan yang tak terlupakan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun