Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Rinai Hujan dan Pilu di Jalanan

6 Februari 2024   12:22 Diperbarui: 6 Februari 2024   12:31 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rintik hujan mulai menyapa bumi, mengantarkan melodi alam yang menenangkan. Langit mendung bagaikan lukisan abstrak, dihiasi sapuan warna abu-abu dan biru yang melankolis. Aku pun melangkah, menapaki jalanan yang basah, ditemani rintik hujan dan rasa pilu yang mendera.

Langkah kakiku terasa berat, seirama dengan tetesan air hujan yang menari di atas payungku. Pikiran melayang, mengenang masa lalu yang kelam, luka lama yang masih terasa perih. Hujan seakan menjadi soundtrack kesedihan, mengiringi setiap langkahku yang penuh makna.

Jalanan yang lengang seakan memantulkan kesendirianku. Hanya suara kendaraan yang sesekali terdengar, memecah keheningan yang mencekam. Aku terus berjalan, tak tahu arah tujuan, hanya ingin melarikan diri dari kenyataan yang pahit.

Tiba-tiba, langkahku terhenti. Aku melihat seorang anak kecil duduk di pinggir jalan, berlinang air mata. Pakaiannya basah kuyup, wajahnya pucat pasi. Rasa pilu di hatiku semakin menjadi-jadi. Aku mendekatinya, menanyakan apa yang terjadi.

Ternyata, anak itu terpisah dari orang tuanya. Hujan turun deras dan dia tak tahu harus ke mana. Aku pun merasa terpanggil untuk membantunya. Aku mengantarnya ke pos polisi terdekat, berharap agar dia bisa segera bertemu kembali dengan orang tuanya.

Di pos polisi, aku melihat beberapa orang yang juga berlindung dari hujan. Ada seorang ibu tua yang kehujanan saat berbelanja, ada juga seorang pengendara motor yang terjatuh karena jalanan licin. Melihat mereka, aku merasa sedikit terhibur. Aku tak sendiri dalam kesedihan ini.

Hujan masih terus turun, namun hatiku mulai terasa hangat. Aku tersadar bahwa di tengah kesedihan, masih ada harapan dan kebaikan yang bisa ditemukan. Aku pun kembali melangkah, dengan semangat baru untuk menjalani hidup.

Hujan tak selalu membawa kesedihan. Kadang, hujan juga membawa berkah dan mengingatkan kita tentang arti kasih sayang dan kepedulian. Di bawah rinai hujan, aku menemukan secercah kebahagiaan di tengah pilu yang mendera.

Baca juga: Hujan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun