Dalam senja yang kian sayu,
Di sudut balkon berlumut waktu,
Kujilatuk cangkir teh yang mendingin,
Menatap langit jingga yang perlahan meredup.
Di balik gorden tipis temaram,
Dinding-dinding kamar berbisik lirih,
Menuturkan kisah-kisah lampau,
Memutar kembali film kehidupan yang penuh kelok.
Suara detak jarum jam, penanda hening,
Membagi detik dengan sunyi yang berdering,
Dalam hening itu jiwaku merenung,
Menyusuri lorong-lorong pikiran yang berkelana.
Bunga-bunga kenangan bermekaran,
Ada tawa, air mata, dan luka yang mengakar,
Ada mimpi yang melayang, impian yang terhempas,
Ada kemenangan dan kecewa, berpelukan dalam nestapa.
Di balik jeda sunyi ini, jantungku berbisik,
Menyadarkan aku pada arti sejati,
Bahwa hidup ini bukan sekadar berlari,
Tapi juga tentang berhenti dan merenungi.
Merenungi jejak langkah ke haribaan fana,
Merenungi arti cinta, kehilangan, dan duka,
Merenungi cahaya harapan yang tak pernah padam,
Merenungi diri sendiri, di kedalaman sunyi tak terperi.
Maka biarlah senja terus mengantar malam,
Biarlah bintang-bintang mulai bertaburan,
Dalam ruang sunyi ini, aku akan terus merenung,
Hingga fajar menguak, dan jiwa kembali bersinar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H