Mohon tunggu...
Sendi Suwantoro
Sendi Suwantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Ketua SEMA FTIK IAIN Ponorogo 2023/2024

Jangan pernah meremehkan orang walaupun bersalah jangan memandang diri sendiri ketika punya kelebihan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jejak Kaki di Pasir Waktu: Mengukir Kisah di Balik Ombak

12 Januari 2024   11:00 Diperbarui: 12 Januari 2024   11:13 994
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/photos/ombak-laut-pantai-blue-air-3473335/

Lautan terbentang luas di depanku, biru membentang hingga menyatu dengan langit senja. Ombak berdecak ritmis, seolah berbisik kisah-kisah yang tak lekang oleh waktu. Aku berdiri di gundukan pasir, telapak kakiku meninggalkan jejak-jejak dangkal yang akan dihapus sapuan ombak berikutnya. Tapi di hatiku, jejak-jejak perjalanan hidupku terukir jauh lebih dalam, tak mungkin terhapus oleh apapun.

Perjalanan hidupku tak melulu lurus seperti pantai ini. Ada tanjakan-tanjakan terjal, seperti dinding batu karang yang diterpa angin kencang. Ada jurang-jurang curam, seperti palung laut yang gelap dan sunyi. Ada belukar duri, seperti masalah-masalah yang menusuk dan menyakitkan.

Tapi seperti ombak yang tak pernah lelah memeluk pantai, aku pun terus maju. Ada masa kecilku yang riang, bermain pasir dan berkejaran dengan ombak. Ada masa remajaku yang penuh impian, menuliskan cita-cita di atas pasir basah. Ada masa dewasa yang diwarnai perjuangan, mengarungi badai dan mencari cahaya matahari.

Setiap langkah di pasir waktu meninggalkan kenangan. Ada tawa gembira saat aku berhasil menaklukkan ombak besar. Ada air mata pilu saat aku terseret arus dan hampir tenggelam. Ada senyum haru saat aku menemukan permata indah di antara hamparan pasir.

Setiap orang memiliki ceritanya sendiri. Ada yang jejak kakinya terukir di pasir lembut, jalannya mulus dan nyaman. Ada yang jejak kakinya terpatri di bebatuan tajam, langkahnya penuh perjuangan dan air mata. Tapi tak peduli bagaimana ceritanya, setiap jejak memiliki makna.

Aku memandangi hamparan pasir yang terbentang. Jejak kakiku mungkin tak terlihat lagi, tapi aku tahu, ceritaku telah menjadi bagian dari kisah laut yang abadi. Laut menyimpan sejarah ribuan tahun, menyimpan detak jantung bumi, dan menyimpan denyut hidupku.

Di bibir pantai, aku berbisik pada ombak, "Terimalah kisahku, laut. Biarlah ia menjadi butiran pasir yang menyempurnakan keindahanmu. Biarlah ia menjadi jejak kehidupan yang takkan pernah sirna."

Ombak berdecak setuju, seolah menyanyikan lagu pengantar perjalanan. Aku tahu, perjalanan hidupku masih panjang. Pasir waktu masih terhampar luas, menantang untuk dijelajahi. Dan aku, dengan semangat yang tak pernah padam, akan terus menjejakkan kaki, mengukir kisah, dan menjadi bagian dari laut kehidupan yang tak pernah berhenti bergemuruh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun