Rindu itu warna warni, seperti kertas layang yang menari-nari diterpa angin senja. Di tangan Maya, kertas merah dengan coretan tinta hitam membentuk seekor naga, gagah dan siap mengangkasa. Di ujung benang, bukan benang biasa, melainkan helaian rindu yang ia rajut setiap malam.
Setiap hembusan angin adalah bisikan kata hatinya untuk Adrian, kekasih yang terpisahkan jarak. Adrian, pelaut dengan kulit kecokelatan dan senyum asin, kini berlayar jauh, meninggalkan Maya dengan langit jingga kota dan angin yang berbisik cerita tentang ombak berdebur.
Maya menerbangkan layang rindu itu, tinggi, tinggi sekali. Naga kertasnya meliuk-liuk, melawan angin, bagai ingin menerobos batas langit. Di atas sana, ia berharap layangnya bertemu dengan layang Adrian, yang mungkin diterbangkan dari kapal di tengah samudera yang luas.
Layang Maya menari, kadang menukik, kadang melambung, seakan bercerita tentang hatinya yang kadang meronta, kadang penuh harap. Mata Maya tak lepas dari titik merah di langit, benang rindu yang ia pegang bergetar, tak hanya diterpa angin, tapi juga oleh denyut harapan.
Hampir senja lenyap, ketika tiba-tiba titik merah itu bergoyang, bergerak ke arah layang Maya. Jantung Maya berdetak kencang. Adakah itu layang Adrian? Apakah rasa rindunya yang diterbangkan berhasil menembus batas jarak?
Benar saja, layang lain, berwarna biru dengan gambar jangkar, mendekat. Naga merah dan jangkar biru, dua rindu yang bertemu di angkasa. Mereka berputar-putar, saling mengejar, bagai dua hati yang bernyanyi dalam bahasa angin.
Mata Maya berkaca-kaca. Di benang layang Adrian, ia temukan tulisan kecil, 'Kuhitung ombak dengan menyebut namamu, Maya.' Senyum merekah di bibirnya, hangat dan haru. Rindu terbalas, cinta tak lagi dipisahkan oleh jarak.
Malam menjemput, layang-layang diturunkan, tapi rindu tak luntur. Maya tahu, walaupun Adrian tak di sampingnya, ia selalu ada di langit hatinya, diterbangkan oleh hembusan cinta yang takkan pernah padam. Dan setiap hembusan angin, Maya percaya, adalah bisikan cinta Adrian, menembus batas kota dan samudera, membubung tinggi bersama layang-layang rindu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H