Lama nian dikisahkan seorang anak tukang kayu merasa dipilih oleh SANG PENCIPTA untuk menjadi petunjuk bagi sesamanya. Dengan percaya diri dia mulai mengkampayekan ajarannya dan agar lebih menarik dia membuat tanda-tanda heran (membuat heran yang melihat). Akibatnya dia mempunyai banyak pengikut mulai yang setia sampai yang hanya ikut-ikutan, tentunya didalam benak sang pengikut timbul banyak harapan terhadapnya, (mungkin) salah satunya mengharapkan dia menjadi pemimpin yang membebaskan dari jajahan bangsa asing. Hal ini terlihat ketika dia memasuki suatu kota disambut bagaikan raja, sang pengikut tak segan menggelar jubah terbaiknya untuk dilewati keledai tunggangannya, sorak sorai dengan lambaian dedaunan gegap gempita menyambutnya .
Namun apa yang terjadi setelah acara penyambutan yang begitu meriah, dia malah ketakutan dan mengeluh ke SANG PENCIPTAnya, agar kalo boleh dia dibebaskan untuk memilih menjadi pemimpin untuk membebaskan bangsanya dari jajahan (karena CINTA) , tetapi dia setia ke SANG PENCIPTA (karena CINTA) untuk melakukan apapun yang dikehendaki SANG PENCIPTA. Ternyata yang dikehendaki SANG PENCIPTA dia harus mengecewakan sebagaian pengikutnya untuk menjadi petujuk bagi sesamanya bahwa ada yang lebih penting dari sekedar jadi pemimpin duniawi yang sesaat yaitu KESEMPURNAAN dalam persatuan kekal dengan SANG PENCIPTA.
Kita sering mengeluh ke SANG PENCIPTA dengan segala cara agar kehendakku dikabulkan, tetapi kita sering tak sadar bahwa kita adalah ciptaan yang seharusnya setia melaksanakan amanat SANG PENCIPTA.
Semoga kita semakin menyadari tujuan kehidupan menuju SEMPURNA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H