Tim pengawal Hilmi dan wartawan berkelahi sewaktu acara pemanggilan Hilmi oleh KPK sebagai saksi, dua hari lalu. Perkelahian itu dipicu ketidaknyamanan oleh ulah para wartawan ke Hilmi dan para pengawal-nya.
.
Sejak tiba di gerbang KPK Wartawan terus memberondong Hilmi dengan dengan pertanyaan aneh aneh. bahkan selanjutnya wartawan semakin provokatif, dengan kata-kata makian maupun dengan tendangan kaki. Mereka juga berteriak copet.copettt. Ada juga yg berteriak “sikaat… hajaar… Apa lu ini bukan markas elu”.
.
Pertanyaan wartawan juga kasar, “Waktu diperiksa, Hilimi terkencing-kencing nggak?” Dan pertanyaan2 lain yang menyudutkan.
Kamerawan dan fotografer makin kalap menyorotkan kamera sambil beteriak-teriak, menunjuk-nunjuk, menendang, menyodok dan membenturkan kamera, tripod dan mikrofon kepada tim pengamanan yang berusaha memberi jalan Hilmi.
Beberapa orang berbaju batik yang merekam dengan BB juga berteriak-teriak, dicurigai sbg provokator. Tim pengamanan yang mencoba membuka jalan dari belakang wartawan dan berusaha menembus kerumunan namun dipukuli puluhan kali dengan mikrofon maupun dengan kamera.
Tim pengamanan juga terpaksa melompat railing karena ingin menyelamatkan Hilmi. Karena kalau dibiarkan Hilmi bisa jatuh di undak-undakan, atau terbentur kamera dan mikrofon yang semakin merangsek.
.
Tim pengaman mencoba persuasif, “tolong hoi ini orang tua!” dll. Agar wartawan minggir dan tidak menghalangi pintu mobil. Petugas pengamanan terus berusaha membuka pintu dengan susah payah. Akhirnya pintu bisa dibuka, ustadz masuk mobil dan meninggalkan KPK.
Namun tiba-tiba terjadi kekacauan. Wartawan melampiaskan kemarahannya secara membabi buta. Seorang anggota tim pengamanan bernama RN dipukul kamera (kena bibir atas), diteriaki, ditendang dan dipukuli puluhan wartawan. RN mengalami luka di bibir atas serta memar di jari tangannya (karena menangkis dan melindungi kepalanya).
.
RN beberapa kali jatuh terduduk dan melindungi kepalanya. Para wartawan berteriak2 dengan kasar, menyebut anjing dll.
RN lari karena keselamatannya terancam. RN sempat beberapa kali jatuh, ditendang, dipukul dan diinjak-injak. TF berusaha melindungi RN, namun juga kena pukul dan tendangan.
RN diselamatkan dan dilindungi oleh petugas kepolisian berpakaian preman dan dibawa ke pos security Jasa Raharja di samping Gedung KPK. RN didampingi kawan-kawannya dibawa ke Polsek Setiabudi, bukan untuk ditahan tetapi dimintai keterangan dan akan dibantu kalau akan melakukan penuntutan.
.
Awalnya petugas polisi mengira kalau RN dkk ini adalah aparat. Namun dijelaskan bahwa mereka adalah tim pengamanan PKS. Akhirnya RN dkk diizinkan pulang.
Sempat beredar kabar bahwa yang terjadi adalah wartawan dikeroyok tim pengawal Hilmi. Namun faktanya adalah wartawan sudah menunjukkan puncak kebenciannya dan melakukan tindakan premanisme yang memalukan.
Itulah mungkin kenapa Hilmi memakai jasa pengawal kali ini, karena pada panggilan pertama Hilmi tak menggunakan jasa pengawal. Mungkin berpengalaman dari sebelumnya di mana tingkah para wartawan itu aneh dan provokatif. dan boleh jadi bisa membahayakan si saksi sendiri. Apalagi jika sang saksi sudah diasosiakan sebagai bersalah amak bukan saja wartawan yang saja bertindak di luar nalar, tapi juga mungkin warga yang yang diskeitar Hilmi. Atau bahkan kemungkinan provokator itu sendiri.
.
Sikap wartawan ini memang sudah di luar batas. Karena bukan hanya bertanya kasar soal kasus tapi juga menyerang secara fisik ke nara sumber. Kasus LHI ini benar benar sudah menyita banyak perhatian dan energi terbuang. kalau tak diselesaikan segera bisa menimbulkan gejolak horizontal. Ini rawan.
.
sumber kabar dari Dakwatuna.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H