Mohon tunggu...
senadi sentosa
senadi sentosa Mohon Tunggu... -

Semua orang bisa merdeka, bisa hidup tanpa harus tergantung pada apapun, bisa melakukan apa yang diimpikan.

Selanjutnya

Tutup

Money

Perusahaan Indonesia dan Ahok vs Uber

20 Agustus 2014   14:54 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:04 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

https://smallbusiness.yahoo.com/advisor/ahok-uber-dilarang-di-jakarta-karena-tak-bayar-081217357.html

Mengenai pandangan pejabat Indonesia soal Uber yang diwajibkan punya ijin berusaha dan membayar pajak, saya menjadi yakin mengapa perusahaan Indonesia tidak berhasil di luar negeri dan mengapa perusahaan asing yang sukses di banyak pelosok dunia tetap akan sukses di Indonesia walaupun harus berhadapan dengan mental pejabat yang salah.

Di jaman sekarang, sulit bagi negara manapun di dunia untuk menaikan pendapatan pajak dari pajak penghasilan(baik penghasilan perusahaan atau perorangan). Di Amerika, walaupun banyak yang tidak senang Apple hanya membayar sedikit pajak, tetapi kenyataan yang ada mereka tidak bisa berbuat apa-apa.

Sekarang, yang bisa dipajaki hanya bumi,bangunan dan barang-barang lain. Di era digital, sulit untuk mempajaki servis, jasa.

Pemikiran pejabat di Indonesia memang belum sempurna. PT diharuskan memakai tiga kata untuk nama PT. Jadi Uber kalau mau mendirikan PT di Indonesia harus memakai PT Uber Uber Uang (misalnya). Padahal kenyataan yang ada, semua brand consultant juga tahu, bahwa nama perusahaan itu penting untuk brand dan lebih pendek lebih gampang untuk terkenal. Contoh Apple, Uber. Siapa yang ingat nama Ahok yang sebenarnya ? (Basuki apa ya) Ahok terkenal karena Ahok bukan nama dia yang sebenarnya. Ini salah satu penyebab perusahaan Indonesia jarang ada yang berhasil di luar negeri.

Kembali ke masalah pajak di era digital. Kenapa tidak ada pejabat Indonesia yang bersuara ingin memajaki King(pembuat game Candy Crush)? Saya tidak tahu berapa banyak omset Candy Crush yang datang dari orang Indonesia. Tapi saya yakin pasti ada.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun