Mohon tunggu...
Senada Siallagan
Senada Siallagan Mohon Tunggu... Penulis - Berpikir Out of The Box
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Telinga dan Lidah Seorang Murid

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan

25 Mei 2021   21:27 Diperbarui: 25 Mei 2021   21:43 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dari sejarah pemikiran pemikiran manusia, ada dua esensi utama pendidikan. Yang pertama adalah pendidikan sebagai proses pemanusiaan. Dalam arti ini, pendidikan mengembangkan seluruh aspek dalam diri manusiawi, sehingga ia berkembang menjadi manusia yang beradab dan berbudaya seutuhnya. Yang kedua, pendidikan sebagai proses penyadaran (konsientisasi). Penyadaran ini terjadi di dua bidang. Yang pertama adalah penyadaran akan gerak batin di dalam diri, termasuk hal-hal apa yang mempengaruhi emosi maupun perasaan pribadi di dalam diri. Yang kedua adalah penyadaran sosial politik, yakni penyadaran akan keadaan sosial di sekitar kita, termasuk segala masalah-masalah sosial yang ada (Wattimena: 2015, 103).

Kunci kemajuan dan kehancuran suatu bangsa adalah pendidikan, dan kunci dari pendidikan adalah guru. Maka profesi tersebut harus ditempatkan sebagai profesi yang mulia, beserta dengan hak yang layak diperolehnya.

Di dalam pendidikan selalu ada tiga elemen yang saling terkait, yaitu keluarga di rumah, sekolah, dan masyarakat sekitar. Kerja sama yang baik, yang didasarkan pada nilai-nilai pendidikan yang sejati, antara ketiga komponen itulah yang nantinya menghasilkan anak-anak bangsa yang cemerlang dan bijak serta berkarakter.

Pendidikan adalah proses untuk mencapai pencerahan, dan pencerahan adalah kebebasan batin itu sendiri. Apakah paham kebebasan ini terlalu individualistik? Apakah ia tidak mempunyai dampak politis untuk perbaikan kehidupan bermasyarakat? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan pelarian semata dari hidup di dunia politik dan ekonomi yang penuh dengan kekejaman dan ketidakadilan? Apakah paham kebebasan batin ini hanya merupakan selubung dari sikap pengecut akan dunia?

Wattimena menjawab semua pertanyaan itu dengan satu kata yaitu "tidak". Justru sebaliknya, kebebasan batin memiliki dampak politis yang lebih besar dari semua teori filsafat politik lainnya. Semua teori ekonomi, filsafat ataupun politik yang masih dibebani oleh "program-program" masa lalu justru menghambat perdamaian, dan menghasilkan ketegangan maupun konflik lainnya. Sebagai pribadi, kita pun bisa dengan hati yang ringan dan dalam damai ambil bagian dalam memperbaiki masyarakat kita. Kita akan menjadi manusia yang murni yang siap menyelesaikan berbagai masalah pribadi maupun masalah bersama. Tidak ada yang lebih praktis dan politis daripada kebebasan batin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun