Mungkin, gue mundur pada takdir. Lalu mulai menerima takdir yang ada.
Ga seindah yg gue tuliskan. Berada dalam bis, duduk dikursi depan, nyender ke jendela, tatapan menerawang ke jalan, lalu sekumpulan kata muncul. Melayang-layang dikepala, kemudian runut menjadi sebuah kalimat yang siap gue tuliskan setelah gue nyampe kosan entar. Setelah mendarat dengan elegan, lalu tiba dikosan, istirahat sejenak, buka laptop, daaaan Baaaam! Sekumpulan kata itu hancur, berserak tak lagi runut. Berantakan.. kemudian bingung, darimana gue mesti memulai, darimana gue mulai perbaiki semua kekacauan. Akhirnya gue tidur, karena seperti biasa, semua rapi dalam bayangan. Runut menjadi kalimat indah Cuma ada dibayangan. Saat gue buka laptop dan siap buat nulis, di otak gue Cuma muncul suara; Baaam!! Kemudian gue nyerah. Tulisan itu gak pernah ada, gak pernah jadi, gak pernah jadi karya. Sial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H