Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Taktik Brilian Jokowi di Balik Mundurnya Kang Emil dan Pupusnya Impian Para Penjudi Politik

29 Februari 2016   21:56 Diperbarui: 3 Maret 2016   17:24 13086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Wali Kota Bandung Ridwan Kamil (Republika/ Edi Yusuf)"][/caption]Sejak awal saya sudah duga kerja keras parpol-parpol mencari kandidat untuk dilawankan dengan Ahok di pilkada DKI 2017 merupakan manifestasi dari kegandrungan berjudi politik, yang memang sudah lama dipraktikkan di negeri ini.  Orientasi para penjudi politik bukanlah menciptakan perubahan dan kemajuan bagi masyarakat DKI, melainkan sekadar mengalahkan Ahok. Lebih parahnya lagi, tersimpan juga hasrat tersembunyi untuk menggantikan Ahok dengan seorang pemimpin yang bisa dikendalikan agar manjalankan “mega proyek kepentingan diri dan kelompok,” atas biaya negara.

Salah satu yang hendak dijadikan korban aduan dan obyek perjudian adalah Kang Emil atau Ridwan Kamil (RK). Namun, keputusan RK untuk mengundurkan diri dari pencalonan Gubernur DKI 2017 sontak memupuskan segala harap dan hasrat judi mereka. Tentu, waktu masih cukup panjang untuk mencari korban lain yang siap diadu domba atau adu ayamkan.

Tetapi saya ragukan kecerdasan mereka mengimbangi kecepatan permianan “para pemimpin masa depan” yang secara perlahan mulai nampak sukses merekonstruksi berbagai aturan bermain baru di lapangan politik praktis Indonesia dewasa ini.  Salah satu contoh adalah kenyataan bahwa dibalik mundurnya RK sesungguhnya terdapat konstruksi bangunan strategi brilian dari Presiden Jokowi.

Seperti dikutip dari news.detik.com (29/2/16), dalam jumpa pers di Balai Kota, Senin (29/2) pagi, Ridwan Kamil mengungkap nasihat Jokowi yang tak ingin dirinya bertarung melawan Ahok. Jokowi, kata Ridwan Kamil, tak ingin salah satu di antara dirinya atau Ahok hilang jika kalah di Pilgub DKI.

Lebih jelas dan tegas lagi disampaikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), "Pak Jokowi kan konsepnya mengumpulkan orang-orang baik di tiap-tiap kota dan kabupaten. Beliau ingin sekali di tiap kota kabupaten ada orang-orang bagus yang bekerja untuk kotanya. Itu konsepnya Pak Jokowi saat ini,"  demikian news.detik.com

Dengan strategi brlilian ini, para pemimpin daerah yang telah sukses mengukir prestasi, berkinerja dan dipercaya masyarakat dijadikan “ikon kemajuan dan tokoh pembaruan” di daerah masing-masing. Mereka juga bisa menjadi idola masyarakat lokal untuk diteladani.  Lewat cara ini banyak tujuan bermanfaat bisa diraih secara serentak.  Pertama, tentu saja kemajuan masyarakat dan pertumbuhan daerah dalam berbagai sektor pembangunan yang telah dan sedang dipacu saat ini tidak terputus oleh kemabukan terbius racun politik adu ayam. 

Kedua, lewat keteladanan tokoh-tokoh yang sudah berkualitas standar nasional di daerah-daerah ini diharapkan akan lahir kader-kader pemimpin di berbagai sektor kehidupan. Mereka menjadi titik cahaya yang dijadikan panduan tindak dan perilaku oleh lingkungannya.  

Ketiga, para pemimpin sukses ini juga akan menginspirasi masyarakat berbagai kalangan, terutama generasi muda untuk merintis karier lewat prestasi dan integritas. Dengan demikian, budaya politik masa lalu yang mengandalkan uang, kekuatan lobby, intrik dan strategi hitam serta KKN dengan sendirinya tinggal menjadi kenangan buruk peradaban.

Keempat, secara tak langsung “proyek revolusi mental” terimplementasikan secara lebih efektif (dan tentu saja efisien). Para pemimpin-pemimpin daerah ini menjadi “brand” atau semacam bintang iklan bagi produk revolusi mental untuk kemajuan peradaban bangsa.  

Pada sisi lain, dengan taktik Presiden Jokowi ini, imajinasi para penjudi politik untuk menciptakan arena sabung ayam atau kasino politik di negeri ini pupus. Langkah taktis dan brilian ini menguncimati langkah para penjudi politik. Tidak terbiasa dengan berkreasi, mereka mati kutu dan mati gaya. Tetapi, konsekuensinya mereka akan memaksimalkan sumberdaya (modalitas) politik yang mereka miliki.

Para penjudi politik yang miskin kreativitas ini kemungkinan kembali mendaur-ulang jurus kuno andalan mereka, yaitu melipatgandakan dan mengintensifkan kampanye berbau SARA, kampanye negatif, kampanye hitam dan sejenisnya. Sebab, hanya itulah “modalitas politik” yang dimiliki. Bertarung terbuka, fair dan sehat dengan mengadu “kebaikan, kualitas dan kinerja”  jelas jauh dari kemampuan. Nalarnya sederhana, yaitu mereka tidak mungkin bertarung menggunakan senjata yang tidak mereka kuasai. Karena itu, sekecil apapun kesalahan yang dibuat Ahok akan menjadi ruang terbuka bagi sasaran rudal  politik mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun