Pasangan ganda putra Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon (Kevin/Marcus) akhirnya memastikan diri menapaki partai puncak Malaysia Open SSP 2017 setelah mengalahkan pasangan dari Jepang Takeshi Kamura/Keigo Sonoda. Ganda putra menjadi satu-satunya andalan Indonesia yang tersisa setelah pasangan ganda campuran kita, Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad kalah dari pasangan Tiongkok, Lu Kai/Huang Yaqiong.
Andalan Indonesia Juara All England 2017 ini memiliki trend prestasi yang konstan dan positif. Baru saja menjuarai India Super Series (2/4/2017), kini sudah diambang juara di Malaysia Super Series 2017. Even Super Series lainnya yang dijuarai adalah Australia Terbuka 2016, dan Cina Terbuka 2016. Tidak mudah memenangkan tiga even superseries berturut-turut. Bila kelak memengankan Malaysia Open berarti mencatatkan rekor empat even berturut-turut dan kemungkinan kembali memuncaki peringkat dunia.
Apa kunci kemenangan pasangan yang dari segi postur tubuh terlihat keduanya tergolong ‘mungil’ ini? Ketika menghadapi pemain Jepang, yang menyolok adalah gaya bermain cepat dan cerdik, selain kematangan dan ketenangan mengelola irama permainan. Dengan postur kecil, keduanya tidak punya kemampuan smash keras seperti pemain-pemain ganda pria pada umumnya. Kekuatan mereka adalah kecepatan. Begitu lawan mengembalikan shutterstock, dengan cepat kilat disambar dan secara cerdik diarahkan ke tempat-tempat kosong atau posisi yang sulit dijangkau lawan. Kamura/Sonodo terlihat beberapa kali bingung dan harus tergopoh-gopoh ‘mengejar bulu’ yang ditempatkan di posisi yang sulit. Mereka kelelahan mengimbangi kecepatan bermain Kevin/Marcus yang di even ini ditempatkan di unggulan keempat, berada dibawah lawan.
Di babak pertama misalnya, pasangan Jepang yang diunggulkan di tempat kedua itu sempat unggul dengan selisih lebar, yaitu 5-10. Namun, dengan segera mengejar angka demi angka hingga lawan hanya bisa menambah 6 angka setelah Kevin/Marcus memenangkan game pertama. Begitu pun di game kedua mereka awalnya tertinggal 3-7 dari pasangan Jepang. Saling kejar angka berlangsung ketat hingga kedudukan sempat imbang di angka 12-12. Kamura beberapa kali melakukan kesalahan serve. Usaha menghindari kecepatan Kevin/Markus yang biasanya langsung menyambar di bibir net, Kamura berusaha memberikan serve pendek (rendah). Sayangnya, justru menghasilkan serve yang terlalu lemah. Dari posisi angka sejajar itu, Kevin/Marcus melaju sangat cepat sehingga tidak memberi peluang bagi lawan. Gaya cepat itu menutup ruang gerak lawan sehingga seakan tak sempat mengembangkan gaya permainan. Kevin/Marcus berhasil mengakhiri poin kemenangan dengan menyisahkan hanya tambahan 1 angka untuk Kamura/Sonodo. Game kedua diakhir di posisi 21-13.
Tidak hanya menempati peringkat unggulan dibawah Kamura/Sonodo. Pada pertemuan terakhir di babak Final Dubai World Super Series, Kevin/Marcus kalah dua set langsung dari andalan Jepang ini, yaitu 15-21, 19-21. Artinya, di atas kertas Kamura/Sonodo lebih diunggulkan.
Di babak final yang sedang berlangsung saat tulisan ini dibuat (Minggu (9/4/2017), Kevin/Marcus akan menghadapi pasangan dari Cina yaitu Fu Haifeng/Zheng Siwei turun di partai terakhir. Fu adalah “pemain tua” yang kaya pengalaman. Pertamakali bermain di partai ganda putra sejak 2004 berpasangan dengan Cai Yun. Pasangan ini mencatat rekor kemenangan di sejumlah besar turnamen bergengsi dunia, antara lain All England 2005, BWF World Championship 2006, 2009, 2010 dan 2011, juga beberapa kali menjuarai partai prestisius badminton pria dunia yaitu Thomas Cup. Terakhir Fu berpasangan dengan Zhang Nan memenangkan medali emas Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Pasangannya di Malaysia Open 2017 ini juga bukan pemain sembarang.
Zheng Siwei, yang menjadi pasangan Fu sejatinya bermain di ganda campuran berpasangan dengan Chen Qingchen. Bersama pasangannya ini mereka pernah menjuarai Japan Open dan French Open. Di Grand Final Malaysia Open ini pasangan Zheng/Chen yang diunggulkan di peringkat pertama berhasil memenangkan pertarungan melawan rekan senegaranya, Lu Kai/Huang Yaqiong. Meski menang dua set langsung, namun lawan memberikan perlawanan ketat sehingga menguras tenaga Zheng yang selama pertarungan banyak mengawal di posisi belakang mengejar bola-bola sudut serta membalas tekanan dengan smash-smash kerasnya.
Apa artinya? Meski Fu/Zheng merupakan ‘pasangan baru,’ secara indvidu keduanya memiliki pengalaman di belantara kompetisi badminton yang jauh di atas Kevin/Marcus. Secara metaforik laksana ‘kakek’ dan ‘cucu” atau anak ingusan kemaren sore versus pria perkasa. Tetapi, tentu saja secara implisit sekaligus menjadi kelemahan, yaitu ‘terlalu tua’ dibandingkan dengan Kevin/Markus. Usia Zheng memang masih tergolong muda namun dengan turun dua kali di Grand Final ini, meski sedikit tentu berpengaruh pada staminanya. Implikasinya tentu pada kelambanan gerakan, berbanding terbalik dengan pasangan tim merah putih Indonesia justru mengandalkan kecepatan. Dengan kata lain, menggambarkan rivalitas ini sebagai pasangan muda, cepat, cerdik, ulet dan penuh stamina, berhadapan dengan pasangan tua, berpengalaman, dan tentu juga cerdik. Itulah sebabnya, partai ini bakal berlangsung sengit sehingga sangat layak ditunggu.
Semoga dengan “keunggulan usia” gaya bermain cepat dan keuletan yang dimiliki, Kevin/Marcus dapat menjawab harapan masyarakat Indonesia, yaitu menjuarai Malaysia Open 2017. Doa dan dukungan moral sangat dibutuhkan. Sukses, sukses, sukses buat Kevin/Marcus!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H