Mohon tunggu...
Semuel S. Lusi
Semuel S. Lusi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Belajar berbagi perspektif, belajar menjadi diri sendiri. belajar menjadi Indonesia. Belajar dari siapa pun, belajar dari apapun! Sangat cinta Indonesia. Nasionalis sejati. Senang travelling, sesekali mancing, dan cari uang. Hobi pakai batik, doyan gado-gado, lotek, coto Makasar, papeda, se'i, singkong rebus, pisang goreng, kopi kental dan berbagai kuliner khas Indonesia. IG @semuellusi, twitter@semuellusi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tubuh juga Gereja, Rayakanlah Paskah!

9 April 2020   13:32 Diperbarui: 11 April 2020   10:20 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila semua gereja ditutup karena virus corona, itu mungkin kita diingatkan Tuhan supaya menilik kedalam diri, masuk ke tubuh sebagai gereja eksistensial. 

Teguran, bahwa selama ini kita mungkin sangat rajin bergereja di gedung-gedung mewah, namun jarang membuka pintu diri sebagai gereja, bahkan sekadar membersihkan debu dan kotoran yang mencemarinya. Apalagi menjadikannya ruang nyaman tempat bertemu Tuhan?

Kita diingatkan, bahwa Yesus berkhotbah dengan totalitas tubuh-Nya sebagai gereja yang hidup. Di bukit, gunung, ladang, pasar, pantai, di atas kapal, Ia melebur dalam gumulan konkrit jemaat. 

Ia tidak berkhotbah secara verbal dengan kata-kata puitis dan abstrak, melainkan dengan bahasa sederhana yang dimengerti semua kalangan. 

Ia juga bekhotbah melalui tindak konkrit memberi makan yang lapar, minum kepada yang haus, pakaian bagi yang telanjang, membela yang teraniaya, juga mengangkat tinggi martabat mereka yang diremehkan dan direndahkan.

Ia menghajar yang sombong, menghardik  mereka yang sok paling religius dan menghakimi sesamanya, menegur mereka yang salah, bahkan memporakporandakan lapak-lapak mereka yang memanfaakan gereja sebagai tempat memperkaya diri, atau tempat menyombongkan status dan kehormatan.

Itulah makna gereja eksistensial. Dari diri-Nya memancar fungsi-fungsi gereja, menerangi & menggarami melalui pengajaran, teguran, emansipasi sosial, keteladanan hidup, dan bahkan berpuncak di tiang Salib sebagai intisari khotbah kehidupan tubuh-Nya, yaitu pengorbanan.

Pandanglah ladang dimana kita di utus. Yaitu, ditengah bangsa dan negara yang plural. Disinilah kita dihadirkan untuk berkhotbah dengan totalitas tubuh, dalam menciptkan cinta kasih, keadilan, kebenaran dan damai sejahtera bagi semua orang. 

Bahkan, ketika dalam pembuangan pun Ia berkata, "usahakanlah kesejahteraan kota dimana engkau berada, dan doakanlah kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan mu juga." 

Apalagi, kita  sebagai bagian integral dari keutuhan bangsa dan negara Indonesia tercinta, bukankah tugas mulia mengusahakan kesejahteraan dan perdamaian bagi bangsa kita?

Dokpri Semuel S.Lusi
Dokpri Semuel S.Lusi
Bekhotbah, bukan dengan kata melainkan dengan keteladanan, semangat pelayanan, prestasi,  dan karya konkrit, bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama dalam persaudaraan kebangsaan. Itulah esensi penemuan diri dalam tugas pengutusan yang harus diemban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun